Slumdog Millionaire versi Google Earth

Setelah membaca kisah nyata ini mungkin kita agak meragukan cerita ini benar-benar terjadi di kehidupan nyata. Tapi percayalah, cerita ini bukan fiktif seperti yang sering tersaji di film-film. Simak kisah lengkapnya.

Suatu hari di tahun 1986, seorang anak asal India bernama Saroo bersama kakaknya pergi mengemis di stasiun kereta Khandwa. Setelah tertidur selama berjam-jam, Saroo baru mengetahui bahwa ia terpisah dengan sang kakak. Ia menyadari dirinya terdampar di daerah kumuh di sekitar Kalkuta, India.

Ia lalu berusaha keras mencari jalan pulang hingga sebulan lamanya. Sampai-sampai ia nyaris tenggelam di Sungai Gangga dan juga nyaris diculik seorang pria yang berniat menjualnya sebagai budak. Sungguh pengalaman yang penuh bahaya bagi seorang anak berusia 5 tahun. Karena usaha mencari jalan pulang tampak tak membuahkan hasil, Saroo akhirnya memutuskan bertahan hidup dengan cara mengemis dan tinggal di jalanan.

Ia diselamatkan dan tinggal di sebuah panti asuhan, kemudian diadopsi oleh keluarga Brierley yang berasal dari Tasmania, Australia. Ia pun tumbuh besar menjadi seorang pemuda yang sukses, dan bahkan ia mendapat julukan "Slumdog Millionaire". Sekarang Saroo Brierley membantu menjalankan bisnis keluarganya. Namun, kasih sayang yang diberikan keluarga angkatnya tak membuat Saroo melupakan keluarganya di India. Bahkan, Saroo masih memiliki keinginan untuk menemukan keluarganya itu.

Usaha pencarian keluarganya dimulai dari layanan Google Earth. Selama berjam-jam, ia berusaha memperbesar dan memperkecil tampilan peta untuk mencari bangunan yang masih diingatnya meski samar-samar. Ia mencari lokasi tempatnya pertama kali terdampar, lalu dari situ ia mengkalkulasi 14 jam perjalanan kereta api dengan kecepatan rata-rata kereta api di India, guna menentukan seberapa jauh ia melakukan perjalanan malam itu.

Setelah itu, Saroo melakukan navigasi ke berbagai arah untuk menemukan tempat asal dia naik kereta api. Dengan bermodalkan ingatan yang samar-samar, ia menetapkan bahwa Khandwa adalah kota yang dicarinya. Ia lalu bergabung dengan grup Facebook kampung halamannya Ganesh Talai dan mampu menggabungkan kepingan-kepingan informasi lewat kiriman e-mail antaranggota grup tersebut. Ia memesan tiket pesawat dan menapakkan kakinya kembali ke kampung halamannya.

Meski tak ingat betul nama tempat tinggalnya, Saroo Brierley berusaha bertanya kepada warga sekitar dengan hanya bermodalkan nama orangtuanya. Dalam perjalanan menyusuri kampung halamannya, ia juga menemukan air terjun yang sering dikunjunginya saat masih kecil. Hal inilah yang meyakinkannya bahwa kota tersebut merupakan kota asalnya.

Usahanya kali ini dalam menemukan rumahnya ternyata tak sia-sia berkat bantuan warga yang mengenal dan akrab dengan orangtua. Dengan bantuan warga itu, Saroo Brierley akhirnya tiba juga di alamat rumah baru orangtuanya.

Saat pertama kali bertemu dengan keluarganya, Saroo Brierley tidak mengenali ibunya. Ibunya pun tertegun dan terdiam dengan kemunculannya kembali. "Orangtua saya seperti melihat hantu karena anaknya yang sudah menghilang 25 tahun, muncul kembali," ungkap Saroo Brierley. Berdasarkan cerita ibunya, kakak Saroo ternyata meninggal dan tubuhnya ditemukan di rel kereta api, beberapa bulan setelah Saroo menghilang.

Meskipun merasa sangat bahagia karena sudah berhasil menemukan kembali keluarganya, Saroo mengaku kesulitan berkomunikasi dengan keluarganya. "Saya tidak begitu ingat lagi kata-kata dalam bahasa Hindi. Jadi, saya harus mengamati ekspresi muka mereka dan menggunakan gerakan tangan untuk membuat apa yang mereka katakan menjadi lebih dimengerti." Ia pun tidak berencana untuk menetap di kampung halamannya, tetapi berharap bisa lebih sering mengunjungi keluarganya.

Terkadang ketika tengah merenungkan perjalanan hidupnya, Saroo Brierley merasa begitu takjub atas segala hal yang sudah terjadi. "Hingga hari ini, saya masih tak percaya bisa berhasil menemukan keluarga saya, mengingat populasi India yang begitu besar dan umur saya yang masih kecil saat terpisah dari keluarga saya."
←   →

VISIT NOW

111

Visitor

Flag Counter
 

Copyright © 2009 by Cerita Langit