Sebuah Langkah Kecil Di Tengah Gelombang Pasang

Eso Nayak, seorang anak laki-laki berusia 9 tahun seakan telah melupakan pengalamannya ketika bergumul dalam masa-masa penuh ketakutan dan trauma, saat ini ia dapat pergi bersekolah dengan senyum menghiasi wajahnya.

Ia baru berusia lima tahun ketika ia dan keluarganya harus meninggalkan segala sesuatu yang mereka miliki pada Agustus 2008. Saat terjadinya kekerasan melawan kekristenan di Kandhamal, Orissa.

Terdesak oleh kemarahan umat beragama mayoritas di daerah tersebut, mereka terpaksa harus tinggal di tempat terbuka, tanpa atap, tanpa dinding, jauh di luar desa mereka. Ibu Eso dan ketiga anaknya diperingatkan bahwa mereka dapat kembali ke rumahnya, jika hanya mereka menyangkal iman percayanya dan berpindah agama. Sedangkan suaminya telah meninggal setahun setelah Eso lahir.

Oleh karena itu, setelah peristiwa itu terjadi, Eso tinggal bersama ibunya di tempat berteduh yang seadanya, kakak laki-lakinya pun harus rela meninggalkan sekolahnya untuk mencari kerja dan kakak keduanya harus hidup bersama kerabat ibunya. Eso pun masuk ke sekolah barunya saat itu, kakak kelas dan guru-gurunya mulai melakukan pelecehan dan kekerasan, hanya karena ia beragama Kristen. Akhirnya Eso memutuskan untuk berhenti bersekolah selama enam bulan, sehari setelah wajahnya lebam karena dipukuli oleh beberapa temannya.

Kemudian, untuk meringankan beban seorang ibu yang sedang patah arang ini, Open Doors pun terpanggil untuk mengunjungi keluarga ini. “Tidak satu orangpun yang mengunjungi saya, ketika saya menghadapi kesulitan, tetapi Open Doors hadir dan menguatkan kami,” Kata Jhunu Nayak.

Adalah hal yang sangat lumrah dan wajar jika Eso terperangkap dalam “mentalitas orang buangan” di tengah teman-teman dan guru-guru di sekolahnya. Oleh karena itu Open Doors membantu memfasilitasi pemindahan Eso ke sekolah yang baru, sekolah yang berjarak 18 KM dari tempat tinggalnya. Saat ini Eso menimba ilmu di sekolah yang dikelola oleh pemerintah Raikia, menginap di Hostel Misi Besar di Colony Ashirbad, Raikia.

Dengan biaya sekolah, buku-buku, seragam, sepatu dam biaya hostel dari para mitra Open Doors, Eso mulai dipulihkan secara perlahan.
Eso mencapai nilai dan peringkat yang baik saat ia duduk di kelas 3, tahun lalu dan saat ini ia sedang duduk di kelas 4. Ia juga memiliki 2 hobi, yaitu bermain sepak bola dan sepeda.

“Mata pelajaran favorit saya adalah ilmu sosial,” katanya, dengan senyum yang mengembang, ia pun mengutarakan mimpinya, ia ingin menjadi seorang pemain sepak bola professional suatu hari nanti.

“Ia adalah seorang anak yang cerdas dan baik,” kata Jhunu dengan bangga, “dan ia terus mempertahankan kedisiplinannya di kelas.”

Open Doors juga telah membukakan jalan untuk ibu Eso, dalam tanggung jawabnya untuk menghidupi anak-anaknya. Melalui proyek intervensi mata pencaharian, saat ini ia telah membuka sebuah toko klontong kecil dan sepasang kambing yang dapat ia kembang biakkan. Ia pun dapat menghasikan perlengkapan te

“Saya tidak dapat mengungkapkan terima kasih saya dalam kata-kata, bagaimana Open Doors dan saudara semua telah membantu kami, “kata Jhunu. “Toko itu sangat membantu kebutuhan keluarga saya, terlebih setelah suami saya meninggal. Saya akan berusaha sekuat tenaga untuk mengembangkan usaha ini. Saat ini saya sangat percaya, saya pasti dapat memenuhi kebutuhan anak-anak saya.”

Selain itu, Open Doors tengah membantu proses pembangunan rumah untuk keluarga ini. “Ini semua seperti mimpi untuk kami, kami dengan rumah milik kami sendiri!” saksi Jhunu.

“Saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan atas penyertaannya terhadap kami. Kiranya saudara sekalian terus membawa kami sekeluarga dalam doa-doa saudara, berdoa agar anak-anak saya terus dapat hidup dalam takut akan Tuhan.” Tambah ibu Eso.

(Opendoors)
←   →

VISIT NOW

111

Visitor

Flag Counter
 

Copyright © 2009 by Cerita Langit