Pendaki Gunung

Bobby adalah pendaki gunung yang dikenal akan usahanya untuk mendaki gunung tinggi bersalju. Ia setidaknya sudah mencoba mendaki hingga ke puncak gunung sebanyak 30 kali, tapi selalu saja gagal. Ia memulai pendakiannya dengan baik, fokus pada puncak gunung yang bersalju, membayangkan pemandangan yang mengagumkan dan perasaan bebas ketika berada di sana.

Tapi ketika pendakiannya mulai terasa berat, kekuatannya mulai berkurang, daya pandangnya menurun, dan ia lebih sering memandangi sepatu boots-nya yang usang. Akhirnya, saat awan memenuhi langit di atasnya, ia menyadari bahwa dirinya tak bakal mampu menikmati pemandangan dari puncak gunung saat itu. Lalu, ia duduk beristirahat, dan merasa lega karena akan mulai menuruni gunung kembali menuju pedesaan, meski agak khawatir akan ejekan dan cemoohan orang-orang yang akan diterimanya.

Suatu hari, Bobby berjumpa dengan Risman yang sudah tua. Ia seorang ahli kacamata di kota, yang menyaksikan sendiri kegagalan yang dialami Bobby. Risman inilah yang paling mendukung Bobby untuk pantang menyerah. Akhirnya, Risman memberikan sebuah kacamata hitam yang khusus. "Jika awan mulai gelap, pakai kacamatanya. Atau kalau kakimu mulai terasa sakit, pakai juga kacamatanya. Ini kacamata spesial yang akan membantumu."

Bobby menerima hadiah itu sambil lalu. Tapi pada kesempatan pendakian berikutnya, Bobby tak lupa membawa serta pemberian Risman itu. Ketika jalur pendakiannya mulai membuat kaki Bobby terasa sakit, ia teringat akan ucapan Risman, dan dipakailah kacamata itu. Rasa sakitnya sangat parah, tapi dengan kacamata baru itu ia masih bisa menahannya dan mampu melihat puncak gunung yang bersalju di atas sana. Jadilah, ia kembali meneruskan pendakiannya.

Ketika kelihatannya puncak gunung tinggal berjarak sedikit lagi, tibat-tiba datang awangelap yang menutupi langit. Tapi kali ini di antara awan-awan itu ia masih bisa melihat puncak gunung. Bobby pun melanjutkan pendakiannya, hingga berhasil melewati kumpulan awan itu, melupakan rasa sakitnya, dan akhirnya tiba juga di puncak gunung. Usahanya itu benar-benar terbayar lunas. Kemenangan yang diraihnya tiada bandinganya; begitu indah sama seperti pemandangan di sekitar, yang memancarkan keelokan di tengah-tengah suasana yang tenang. Bagian bawah gunung tertutup lautan awan yang tebal. Bobby tidak ingat awan yang tadi berhasil dilewatinya ternyata setebal itu, karenanya ia mencoba memperhatikannya lebih cermat dengan kacamata hitamnya. Akhirnya ia mengerti.

Ternyata Risman sudah memasang sebuah gambar tipis di dalam lensa, dalam bentuk pemandangan puncak gunung yang tertutup salju. Kacamata itu dibuat sedemikian rupa sehingga Bobby hanya bisa melihatnya jika pandangannya diarahkan ke atas. Risman memahami ketika Bobby kehilangan sasarannya, ia sama saja kehilangan mimpinya, dan keinginan untuk melanjutkan pendakian akan berkurang.

Bobby menyadari bahwa selama ini satu-satunya penghalang dirinya mencapai puncak gunung adalah rasa putus asanya, hilangnya semangat dalam diri untuk terus berjuang. Ketika ia tidak mampu lagi melihat puncak gunung, masalahnya mulai muncul. Ia berterima kasih pada Risman karena menggunakan trik yang membantunya melihat bahwa tujuannya tidaklah mustahil.

Kisah Bobby di atas tentu pernah atau sedang kita alami saat ini. Apakah penghalang diri kita mencapai target sasaran kita, dan apa pula trik yang bisa kita gunakan untuk berfungsi layaknya kacamata hitam spesial milik Bobby? Kenalilah kelemahan kita sehingga kita bisa mencegah kelemahan itu melemahkan semangat kita, dan sadarilah kekuatan kita agar kita bisa menggunakannya sebagai penyemangat dan pendorong di kala kita hendak menyerah.
←   →

VISIT NOW

111

Visitor

Flag Counter
 

Copyright © 2009 by Cerita Langit