Sri Lanka, sebuah pulau yang besar, ujung tenggara jauh India, telah menjadi benteng pertahanan penganut Budha sejak abad ke-3 Masehi. Pada tahun 2009, Negara ini bangkit dari 30 tahun perang sipil antara kelompok separatis radikal, yang disebut Macan Elam Tamil dan pemerintah Sri Lanka.
Orang-orang Kristen yang hanya sekitar 7 persen dari populasi, terjebak di tengah-tengah konflik ini. Mereka diserang oleh kelompok separatis, pejabat pemerintah, dan penganut Budha. Kontak kami melaporkan dua contoh kejadian yang dialami oleh orang percaya di tahun 2010.
Pada tanggal 13 April 2010, Gereja Apostolic Dolosbagaya diserang oleh sekelompok orang pada malam hari. Panggung mimbar, alat musik, dan perabotan dari kelas sekolah minggu, dikeluarkan dari dalam gedung dan dibakar. Gereja ini telah melayani di daerah ini selama 14 tahun.
Pada tanggal 2 Mei 2010, sekelompok orang Kristen berjumlah 12 orang, termasuk gembala dari gereja Gospel Foursquare di Bulathkohupitiya, diserang dan diintimidasi oleh segerombolan perusuh berjumlah 500 orang, yang dipimpin oleh seorang biarawan Budha. Penyerangan terjadi pada pukul 16.30 waktu setempat, ketika mereka sedang membagikan selebaran untuk menginformasikan sebuah film Kristen yang akan diputar keesokan harinya di desa Edurampolowatta. Walaupun penganiayaan terus berlanjut di Sri Lanka, seorang pendeta yang mengabarkan Kabar Baik di sana berkata, "Aku tidak akan pernah berhenti mengabarkan Kabar Baik!"