Sumber penganiayaan utama di Sudan berasal dari kaum ekstrimis. Peringkat Sudan (Sudan Utara sebelum kemerdekaan Sudan Selatan pada tanggal 9 Juli 2011) telah melonjak dari posisi 35 ke-16 dalam World Watch List 2012. Hal ini disebabkan adanya sejumlah perkembangan struktural yang mendorong penganiayaan lebih berkembang, lompatan ini mencerminkan adanya angka insiden yang lebih tinggi atas umat Kristen dan gereja. Laporan mengenai angka umat Kristen yang tewas sangat terbatas, namun di seluruh bagian Abyei, Kordofan Selatan dan Nil Biru telah mencatat adanya ribuan korban tewas, karena alasan agama yang diburamkan dengan alasan politik dan pengendalian sumber daya. Namun, dapat kita lihat bahwa mereka yang menjadi korban memiliki kaitan dengan penganiayaan umat Kristen, karena umat Kristenlah yang dijadikan target utama, terlebih lagi karena mereka memiliki posisi yang lemah ditengah masyarakat.
Apakah konstitusi dan atau hukum nasional di negeri ini memberikan kebebasan beragama? Presiden Omar al-Bashir menegaskan pada tahun lalu, bahwa setelah pemisahannya dengan Sudan Selatan, Sudan Utara akan mengimplementasikan dasar hukum syariah (hukum Islam) dan budaya Islam, dengan bahasa Arab sebagai bahasa resmi. Meskipun keputusan ini belum resmi, namun praktek-praktek telah dilangsungkan. Seorang ahli berkata, "Islamisasi dan Arabisasi merajalela di bagian negara ini." Pada saat yang sama, arus masyarakat terus mendukung pernyataan Presiden dan menyatakan harus adanya perubahan Konstitusi, agar terbentuk Negara yang lebih mengutamakan hukum Syariah. Bagaimanapun juga, kelompok-kelompok sosial tertentu dan pemerintah secara spontan telah mendorong terbentuknya Negara berbasis Islam. Penganiayaan berasal dari sumber yang berbeda: (a) kelompok Islam, serta masyarakat yang lebih luas karena ingin membentuk negara Islam; (b) keluarga terhadap orang percaya berlatar belakang agama lain (MBBS); (c) Negara terhadap umat Kristen yang diakui.
Apakah angka Kekristenan terus berkembang? Ataukan terus menurun? Banyak umat Kristen yang berlatar agama lain telah meninggalkan Sudan Utara, dan menuju Sudan Selatan. Namun, diperkirakan jumlah umat Kristen terus bertumbuh.
Di Sudan, penganiayaan terhadap umat Kristen mengalami peningkatan pesat selama 12 bulan terakhir. Seorang ahli menyatakan "seharusnya meningkat lebih cepat, tetapi karena perang di Kordofa Selatan dan Nil Biru, mengakibatkan opini publik melambat di ibukota". Dalam waktu dekat, penganiayaan orang Kristen di Sudan mungkin akan mengalami peningkatan serius, karena umat Kristen di negara ini terjepit antara Islamisasi dan Arabisasi.