UNESCO menetapkan tanggal 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional (International Mother Language Day). Penetapan itu dilakukan pada 17 November 1999.
Untuk mengetahui kenapa ada peringatan hari itu, kita harus melihat sejarahnya ke tahun 1948. Saat itu, 21 Maret 1948, Mohammed Ali Jinnah, Gubernur Jenderal Pakistan, mendeklarasikan bahwa bahasa Urdu sebagai bahasa resmi Pakistan. Namun diprotes oleh warga Pakistan Timur (sekarang Bangladesh) yang memiliki bahasa Bangla. Lalu terjadilah demo mahasiswa pada 21 Februari 1952. Polisi Pakistan menembaki pendemo dan sejumlah mahasiswa terbunuh. Gerakan ini telah memicu pemberontakan yang membuat Bangladesh kemudian merdeka pada tahun 1971.
Rafiqul Islam, salah seorang kerabat korban, pada 9 Januari 1998 menggagas diadakannya Hari Bahasa Ibu Internasional dan mengirimkan gagasan itu ke Sekjen PBB Kofi Anan. Ia menyebutkan agar PBB mengambil langkah untuk melestarikan semua bahasa di dunia dari kemungkinan kepunahan dengan mendeklarasikan Hari Bahasa Ibu Internasional pada tanggal 21 Februari (mengacu pada peristiwa 21 Februari 1952).
Usulan itu kemudian disampaikan ke UNESCO. Namun usulan itu hampir gagal. Pada tanggal 16 November 1999 usulan itu tak bisa diajukan karena kurangnya dukungan. Namun esok harinya, 17 November 1999, usulan itu disetujui oleh 188 negara, bahkan termasuk Pakistan. Maka sejak saat itu tanggal 21 Februari diperingati sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional.
(Berbagai sumber)