Sama dengan Pemuja Nama Yahweh, Pemuja Nama Yesus juga memegang asumsi dasar bahwa Nama Allah adalah nama dewa air/bulan Arab masa jahiliah yang kafir, dan berdasarkan asumsi dasar itulah dibangun teologia yang menyebutkan bahwa nama Tuhan kristen adalah Yesus dan sekalipun disebut juga dalam tiga nama, ketiganya juga disebut menunjuk pada Yesus, Yesus Bapa Anak Roh yaitu Yesus yang satu itu. Jadi, dalam pandangan Pemuja Nama Yesus, Tuhan hanya satu yaitu Yesus dan kalau disebut dengan tiga nama sekalipun, ketiganya bernama Yesus pula dan ketiganya ada dalam Nama Yesus yang satu itu.
Berbeda dengan Pemuja Nama Yahweh yang menganggap bahwa Nama Yahweh adalah nama Tuhan satu-satunya, maka bagi Pemuja Nama Yesus, nama Yahweh hanyalah nama malaekat Tuhan (Kel.3:2;Kis.7:35) yang lebih rendah dari Yesus:
Y-H-W-H adalah nama TUHAN; bukan, melainkan nama malaekat-TUHAN yang menjadi sponsor bangsa israel, bangsa yang terhimpit di tengah bangsa-bangsa penyembah berhala. (Wisma Gembala: Nama Mana Rajanamanama,18)
Nama Yahweh dan El dianggap sama dengan berhala:
Tidak ada nama yang setingkat apalagi bertingkat diatas tingkat nama Yesus. Nama-nama YHWH, El, Allah, .... dll, itu semua berada di bawah nama YESUS .... Allah, Yehovah, El Roi, El Shaday ... dan lain-lain, semuanya hanyalah nama-nama berhala yang menyelusup ke dalam Alkitab. (Scriptural Total Ministry: Nama Trinitas, #20,46)
Berlandaskan konsep demikian maka disimpulkan bahwa Yesus Kristus adalah Nama Tuhan satu-satunya yang patut disembah karena Yesus adalah nama Yang Maha Kuasa. Nama ini tidak boleh diubah maupun diterjemahkan.
Pengajaran Pemuja Nama Yesus juga didasarkan kenyataan bahwa para rasul membaptis dengan Nama Yesus, seperti yang dilakukan oleh Petrus (Kis.2:38;10:48), Paulus (Kis.19:5;Rm.6:3), dan Filipus (Kis.8:16). Karena itu, umat Kristen harus dibaptiskan dalam Nama Yesus, karena membaptiskan dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus itu tidak sah karena membaptis bukan dalam nama Yesus, apalagi bila disebut dalam nama berhala Allah, namun disisi lain disebut Mat.28:19 menyebut Nama Trinitas adalah Yesus (Wisma Gembala: Gambar Tuhan Andakah Itu ??,31).
Pemuja nama Jahweh berpusat pada Yesus sebagai satu-satunya Tuhan dan berpusat pada Perjanjian Baru:
Para Rasul tidak direpotkan oleh nama-nama ilah-asing! Yakni nama-nama ilah yang tidak tersebut dalam Kitab Perjanjian Baru. YHWH (Yahweh/Yehovah), nama baku dalam KPLama untuk menunjuk Yang Mahapencipta, mereka singkirkan saja. ... Apalagi nama-nama Adonay , El , Elohim , Elloah (dan perubahan lanjutannya: Allah ). Juga Debata , Lawolangi , Tetemanis , Tai Kamanua , dll., pasti kita akan disuruh singkirkan oleh para Rasul! Sebab semua nama-nama sesembahan lokal tidak sama dengan Mahapencipta. Mereka hanyalah Tokoh-tokoh alam-gaib yang tidak sama dengan Yesus Kristus! (Ir.Etsim: Pastikan Mitra Perjanjian Anda,16).
Pemuja Nama Yesus menjadikan Nama Yesus semacam mantra yang berkhasiat bila diucapkan.
ONENESS PENTECOSTAL
Pemuja Nama Yesus mewarisi semangat modalisme dari Oneness Pentecostal yang menyempal dari gereja Assembly of God di Amerika Serikat. Oneness Pentecostal terpengaruh faham Yahudi bahwa nama Tuhan mengungkapkan sifat alamiahnya yang benar, dan kemudian melanjutkan bahwa Tuhan itu nama-Nya Yesus.
Oneness Pentecostal menganggap bahwa Tuhan menyatakan diri melalui Nama Nya, dimulai dari PL, berlandaskan shema (Ul.6:4). Namun, berbeda dengan Sabelianisme yang beranggapan bahwa Tuhan itu satu tapi dalam PL menyatakan diri sebagai Bapa, dalam Injil menyatakan diri sebagai Anak , dan sejak hari Pentakosta menyatakan diri sebagai Roh Kudus secara suksesi, Oneness Pentecostal termasuk simultaneous modalism yaitu menganggap bahwa ketiga sifat itu hadir pada saat yang sama dalam diri Yesus.
Oneness Pentecostal bersifat Yesus sentris, yang bukan inkarnasi Bapa, tetapi dari kekal sampai kekal menyatakan diri dalam Yesus dan mengidentifikasikan dalam Nama-Nya yaitu Yesus. Nama Yesus adalah sentral dan esensial untuk mengenal Allah ( Oneness Pentecostal dalam Burgess: Dictionary of Pentecostal & Charismatic Movements).
Sekalipun mewarisi kesatuan (oneness) dalam nama Yesus, Pemuja Nama Yesus menganggap bahwa Yahweh itu malaekat lebih rendah dari Yesus dan Roh Kudus bukanlah nama, melainkan kata-petunjuk bagi fungsi-ilahi di dalam Pribadi Tuhan (Gambar Tuhan, Andakah Itu??,29), dan Nama Roh Kudus adalah Yesus (Nama Mana Rajanamanama,19).
NAMA ALLAH
Membaca brosur Pemuja Nama Yesus, sekalipun menyinggung istilah teologis, terkesan awam yang digali dari buku dan kamus teologi, dan bukan merupakan studi teologis yang komprehensif & sistematis, ini terlihat dari asumsi dasar yang menyebut nama Allah adalah berhala Arab jahiliah.
Sayang, pandangan ini terpengaruh berat sikap anti Arab/Islam yang kental. Andaikan para Pemuja Nama Yesus mau keluar dari benteng pertahanan mereka, dan mempelajari sejarah bangsa dan sesembahan Semitik dengan benar, tentu mereka akan terbuka untuk melihat bahwa asumsi dasar mereka mengenai nama Allah itu perlu dikaji ulang.
Seperti kita ketahui, nama Allah adalah perkembangan dalam dialek Arab untuk menyebut Il Semitik, sama halnya dengan nama El dalam dialek Ibrani, dan Alaha dalam dialek Aram-Siria. Nama-nama ini dalam bahasa Arab, Ibrani & Aram sudah ada jauh sebelum masa Kristen, masa Jahiliah, dan lebih-lebih masa Islam (abad-7). Bahwa pada masa jahiliah nama itu merosot ditujukan dewa air/bulan, itu bisa terjadi dalam sejarah agama. Di Israel, nama Yahweh/El pernah ditujukan pada Anak Lembu (Kel.32:1-6;1Raj.12:28).
Kelihatannya fanatisme akan nama Yesus menjadikan para Pemuja Nama Yesus itu juga menolak semua nama sesembahan Yahudi yang ada dalam Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani seperti nama Yahweh, Adonai, El/Elohim/Eloah.
NAMA YAHWEH
Nama Yahweh yang jelas disebutkan dalam Perjanjian Lama sebagai nama diri Tuhan disamping nama El dianggap sekedar nama berhala yang menyelusup ke dalam Alkitab.
Petunjuk jelas bahwa kurang adanya pengkajian teologis yang sistematis bisa terlihat dari pandangannya bahwa nama Yahweh hanya sekedar nama malaekat Tuhan yang dianggap lebih rendah dari Yesus. Perlu dimengerti bahwa istilah Malaekat Tuhan dalam kitab-kitab awal Perjanjian Lama (a.l.Kej,16;18;28;32;Kel.3;Yos.5;Hak.6,13;Yes. 63:9,10), sekalipun menggunakan kata sama berbeda pengertiannya dengan malaekat dalam Perjanjian Baru seperti yang bernama Gabriel (Luk.1:19) dan Michael (Yud.1:9).
Malaekat adalah utusan pembawa berita (messenger) dari Tuhan kepada manusia, namun perlu disadari bahwa dalam kitab-kitab awal Perjanjian Lama, Malaekat TUHAN (Malak Yahweh) menunjuk kepada pribadi Tuhan sendiri. Beberapa petunjuk bisa kita lihat sebagai berikut:
Malak Yahweh sering diidentikkan sebagai Yahweh (Kel.3:15) dan El sendiri (Kej.16:13);
Ia berfirman atas Nama-Nya sendiri (Kej.16:10), dan bukan sebagai utusan Tuhan (band. Luk.1:19 dan Yud.1:9);
Ia mau disembah (Yos.5; Hak.13). Ini berbeda dengan malaekat yang tidak mau disembah (Why.19:10;22:9);
Sekalipun demikian, malak Yahweh juga dibedakan dengan Yahweh sebab Ia dapat diminta oleh Bapa sebagai abdi Allah (Hak.13). Ini menunjuk pada Anak Allah sebagai Allah yang menyatakan Diri dan Kehendak-Nya dalam rupa Manusia (band. Yoh.1:18), oknum kedua dari Allah tritunggal, yang berbeda pribadi namun sehakekat dengan Bapa. Yahweh adalah El (Kej.33:20, band. Yos.8:30), dan Yesus membedakan dan menyamakan diri-Nya dengan Elohim (Yoh.1:1, band.Kej.1:1) dan Yahweh ( ego eimi dalam Yoh.8:58 dan band. Kel.3:14 LXX).
BAPTISAN DALAM NAMA YESUS
Pemuja Nama Yesus menganggap bahwa baptisan yang sah harus dilakukan dalam nama Yesus, ini lebih didasarkan catatan praktek baptisan dalam Kisah Rasul. Sekalipun memuja Nama Yesus, namun kenyataannya, perintah agung yang diucapkan Yesus sendiri agar membaptis dalam Nama Bapa, Anak dan Roh Kudus (Mat.28:19) tidak ditaati dan dianggap adalah dalam nama Yesus sendiri.
Kalau kita melihat rumusan Baptisan dalam nama Yesus secara kontekstual, kita jangan sampai terpukau pada susunan kata-kata saja, tetapi esensi baptisan itu. Baptisan, dimulai dari peristiwa baptisan yang dialami Yesus sendiri dimana hadir ke-3 oknum Allah yang berbeda secara bersama sama, menunjuk kehadiran tiga oknum pribadi yang berbeda dalam keesaan Allah (Mat.3:13-17). Jadi, Mat.28:19 harus dilihat dari terang Allah yang tritunggal namun esa.
Baptisan yang dilakukan Petrus sekalipun diucapkan dalam nama Yesus konteksnya menunjukkan kehadiran Allah Tritunggal (Kis.2:38-39;10:44-48).
Baptisan yang dilakukan oleh Paulus (Kis.19:1-8) konteksnya juga menunjuk pada Kerajaan Allah dan ke159iran Roh Kudus sebagai kesatuan ketritunggalan. Mengenai ayat Rm.6:3, kita dapat melihat konteks kotbah Paulus yang tetap berbicara dalam proses pembenaran oleh Allah Tritunggal karena iman yang menghasilkan keselamatan (Rm.5). Baptisan juga digambarkan sebagai proses kematian dan bangkit dengan Kristus (Rm.6:1-14), proses ini disebutkan oleh rasul Paulus sebagai pekerjaan Roh Kudus yang memperbaharui dimana akan disusul dengan kehadiran Roh Allah yang akan mendiami umat percaya (Rm.8:1-17).
Baptisan yang dilakukan sekitar Filipus cukup menjelaskan kehadiran Allah tritunggal yang perlu hadir dalam pembaptisan seutuhnya. Orang-orang yang bertobat dibaptiskan dalam nama Yesus (Kis.8:16) oleh Filipus, tetapi ini oleh Petrus dan Yohanes dianggap tidak cukup, sebab mereka kemudian berdoa kepada Bapa dan memohon agar Roh Kudus turun ke atas orang-orang itu (Kis.8:14-24).
Jadi dari kasus-kasus pembaptisan yang dilakukan sekitar rasul Petrus, Paulus, dan Filipus, kita dapat melihat bahwa sekalipun mereka hanya menggunakan rumus baptisan dalam nama Yesus saja, itu perlu dikaitkan dalam konteks kehadiran Allah Tritunggal seutuhnya.
Perintah Yesus untuk membaptiskan dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus (Mat.28:19) bersifat perintah yang menyeluruh dimana ketiga pribadi Allah perlu dihadirkan dalam proses pertobatan dan pembaptisan untuk menjadi bagian dari persekutuan umat percaya. Kalau kedua lainnya adalah nama lain dari Yesus sendiri, tentu Yesus tidak akan memberikan rumus baptisan tritunggal itu.
Namun, sekalipun demikian, dalam praktek para rasul kita melihat variasi dalam saat-saat kehadiran ketritunggalan itu. Dalam ajakan Petrus untuk bertobat dan dibaptis di hari Pentakosta, kehadiran Roh Kudus terjadi sebagai akibat pembaptisan dalam nama Yesus, dan ini disebabkan karena panggilan keselamatan Tuhan Allah (Kis.2:29-40). Namun, dalam pembaptisan Kornelius oleh Petrus, kita dapat melihat bahwa kehadiran Allah Bapa dan Roh Kudus sudah terjadi sebelum dibaptiskan dalam nama Yesus.
Dalam kasus pertobatan Paulus, ia yang sudah percaya Allah Bapa, kemudian perlu diperkenalkan kepada Tuhan Yesus dan penuh dengan Roh Kudus sebelum dibaptiskan dengan air (Kis.9:17-18). Sebaliknya, pembaptisan Filipus dalam nama Yesus (Kis.8:16) dianggap belum cukup dan lengkap karena belum ada kehadiran Roh Kudus, itulah sebabnya kemudian mereka ditumpangi tangan supaya beroleh Roh Kudus. Kalau nama Yesus sudah mencakup juga nama Bapa dan Roh Kudus, tentu kehadiran yang lain (yang dianggap Yesus juga) pada saat berbeda tidak perlu.
Pemuja Nama Yesus mewarisi keyakinan Yahudi yang beranggapan bahwa Tuhan itu Esa, dan mewarisi faham Oneness Pentecostal yang menyebut keesaan itu dalam nama Yesus , namun data-data Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa ke trinitas an itu menunjukkan adanya oknum/pribadi yang berbeda (yang ditunjukkan pada tiga oknum yang bisa hadir bersama-sama dalam peristiwa yang sama. Hk.13 dan Mat.3:13-17) namun sekaligus sehakekat (sering juga disamakan seperti: Roh Kudus = Roh Yesus = Roh Allah). Kematian Stefanus menunjuk pada peristiwa pada saat sama dimana Roh Kudus hadir dalam diri Stefanus dan ia melihat Yesus duduk di sebelah kanan Allah di surga (Kis.7:55-56)
Pengertian tritunggal adalah Tiga oknum/pribadi Allah yang berbeda (Bapa, Anak dan Roh Kudus) namun Esa dan Sehakekat , ini dinyatakan dalam Alkitab sejak awal kitab Kejadian (Kej.1:1-2 band. Yoh.1:1) sampai akhir kitab Wahyu (Why.21;22). Ketiganya ada sejak Alpha dan Omega (Why. 1:8;21:6;22:13) dan Arche dan Telos (Yang Awal dan Akhir, Why.1:17;2:8;21:6;22:13), ketiganya dibedakan, namun ketiganya adalah Allah yang Esa yang sama-sama bekerja dalam penciptaan, penyelamatan, dan penghakiman di Akhir Zaman.
Akhirnya, marilah kita mengucapkan: Amin, Haleluya (Why.19:1,3,4,6) yang artinya Terpujilah Yah (weh). Tuhan Allah Yang Mahakuasa (Why.19:6,15).