Penelitian baru yang dipublikasikan oleh American Psychological Association (APA) dalam Journal of Family Psychology, mengatakan bahwa Pria harus mengetahui kapan pasangan wanita mereka marah ataupun senang.
Penelitian ini menemukan bahwa pria dan wanita yang memiliki empati pada pasangan akan menciptakan kepuasan dalam hubungan mereka. Mereka perlu untuk mengetahui kapan pasangan mereka merasa senang ataupun kesal.
“Bagi wanita, melihat bahwa pasangan pria mereka marah mencerminkan keterlibatan emosional dalam hubungan. Hal ini sesuai dengan banyak wanita yang sering mengalami ketidakpuasan, ketika pasangan pria mereka menjadi emosional saat menanggapi konflik.” Kata peneliti utama studi tersebut, Shiri Cohen, PhD, dari Harvard Medical School, dikutip dari rilis APA (5/3/12).
Peneliti yang berjudul “Eye of the Beholder: The Individual and Dyadic Contributions of Empathic Accuracy and Perceived Empathic Effort to Relationship Satisfaction” ini, dilakukan pada 156 pasangan heteroseksual. 102 pasnagan berasal dari wilayah Boston, sisanya dari Bryn Mawr.
Subjek penelitian memiliki karateristik yang beragam. Ini dilakukan untuk menemukan pasangan yang bervariasi dalam cara mereka menyelesaikan konflik dan mengendalikan emosi mereka. Secara keseluruhan, 71 persen pasangan berkulit putih, 56 persen menikah dan rata-rata telah menjlain hubungan selama setengah hingga tiga tahun.
Pada awalnya peneliti menganggap bahwa kepuasan pada hubungan secara langsung terkait dengan kemampuan pria untuk membaca emosi positif pasangan wanita mereka. Namun, wanita justru lebih puas dalam sebuah hubungan bila pasangan mereka lebih memahami saat wanita marah maupun kesal, dibanding ketika mereka senang.
Sebaliknya, pria yang melakukan empati pada emosi negatif seperti itu, justru membuat pria merasa tidak bahagia. Para peneliti berpendapat bahwa berempati pada emosi negatif menandakan ancaman keberlangsungan hubungan bagi pria, walaupun wanita menganggapnya berbeda.
Penemuan ini menunjukkan bahwa pasangan yang berusaha untuk empati pada perasaan pasangan mereka, semakin membuat mereka akan bahagia. Para peneliti berpendapat bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendorong pasangan lebih menghargai dan berkomunikasi satu sama lain dalam upaya berempati.
(Psikologiszone)