Film 'Harry Potter' sukses menyihir para penggemarnya di seluruh dunia selama sepuluh tahun belakangan. Namun, mantra film yang berkisah tentang penyihir dari sekolah Hogwarts itu rupanya tak berpengaruh di ajang Academy Awards.
Film yang diangkat dari novel laris karya J.K Rowling tersebut sebenarnya meraih total 12 nominasi selama delapan kali penyelenggaraan Academy Awards, mulai dari sinematografi, desain kostum, hingga tata rias. Meski demikian, film yang dibintangi Daniel Radcliffe itu selalu pulang tanpa membawa satu pun piala Oscar.
Kegagalan 'Harry Potter' mengantongi piala Oscar rupanya menumbuhkan rasa frustasi di kalangan kru dan pemain yang bermain dalam film waralaba tersukses sepanjang sejarah itu. Kesempatan terakhir pun datang ketika final 'Harry Potter' dirilis tahun lalu dan masuk dalam nominasi tata rias, efek visual, dan tata artistik.
Namun sayang, dalam kategori efek visual dan tata rias, 'Harry Potter and the Deathly Hallows - Part 2' harus kalah dari film garapan sutradara Martin Scorsese berjudul 'Hugo'. Sementara di kategori tata rias, film 'Harry Potter' harus merelakan piala Oscar jatuh ke tangan film 'The Iron Lady'.
"Saya rasa banyak dari kita memandang agak kecut pada politik American Acedemy (of Motion Picture Arts and Sciences), di mana saya menjadi anggotanya," ujar John Richardson, supervisor spesial efek film 'Harry Potter' seperti dilansir dari laman Reuters.
"Hal tersebut memang menimbulkan pertanyaan mengapa Harry Potter tidak mendapat pengakuan sama sekali untuk film terakhir Deathly Hallows?"
Richardson pun menilai, salah satu alasan mengapa film 'Harry Potter' gagal meraih Oscar bisa jadi disebabkan karena sistem pemungutan suara yang berlaku. Dalam piala Oscar, seluruh anggota aktif Akademi bisa memilih pemenang di setiap kategori pada tahap akhir pemungutan suara.
Sementara British Academy of Film and Television Arts (BAFTA) Awards, acara penganugerahaan yang dianggap setara dengan Oscar justru menggunakan metode berbeda. Para anggota hanya bisa mengikuti pemungutan suara untuk delapan kategori utama. Sementara setiap nominasi lainnya hanya bisa diikuti oleh para ahli yang memiliki pengetahun khusus di bidang tertentu.
"Final pemungutan suara (BAFTA) adalah suara per bab, sehingga penghargaan ini dipilih oleh rekan-rekan Anda, jika Anda suka," ucapnya.
Nick Dudman, dari departemen tata rias khusus sepakat bahwa film 'Harry Potter' dipandang sebelah mata. "Kami tetap kalah," ujar Dudman. "Potter sudah sangat diabaikan oleh akademi di seluruh dunia, dan itu sedikit aneh."
Meski demikian, ujar dia, kerja dan usaha yang telah dilakukan para kru dan pemain 'Harry Potter' mendapat penghargaan tersendiri dalam berbagai cara. "Kami membuat hal-hal luar biasa, kami memiliki waktu yang menyenangkan melakukannya," kata Dudman.
Berdasarkan data Boxofficemojo.com, 'Harry Potter and the Deathly Hallows - Part 2' mengantongi penjualan tiket sebesar US$1,3 miliar di seluruh dunia dan menjadikannya sebagai film terbesar ketiga sepanjang sejarah. (umi)
(Viva)