"Saya melihat Ayah saya seperti ini," kata T yang berusia 13 tahun. Ia berlutut lalu terlentang di atas lantai. "Ia dibunuh," T menambahkan sambil meneteskan air mata. Salah satu anak Tuhan yang melayani di India, bertemu dengan T di rumahnya yang berkamar dua terbuat dari batu bata, beberapa hari setelah ayahnya dibunuh.
Pada tanggal 10 Januari 2011, ayah T, SP, tidak pernah lagi pulang ke rumah setelah memperoleh pekerjaan baru di dapur pembuatan batu bata, yang dekat dengan rumahnya. Sebenarnya, SP seorang pendeta yang
melayani di daerah O, tidak ingin menerima pekerjaan ini. Pria yang menawari pekerjaan ini adalah anggota dari kelompok garis keras dari "agama lain", yang dicurigai terlibat dalam penyerangan brutal terhadap orang-orang Kristen di daerah O pada tahun 2008. Tetapi, SP sangat membutuhkan pekerjaan. Rumahnya telah hancur pada kerusuhan tahun 2008, dan dia harus menafkahi istri, kedua putrinya, dan adik perempuannya.
Keluarga SP menemukan mayat SP dekat sebuah kolam. Awalnya, polisi menyatakan bahwa ia meninggal karena "angin yang dingin". Tetapi, pria yang memberikan pekerjaan kepadanya akhirnya mengakui sebagai pelaku atas pembunuhan ini. Polisi berusaha membujuk janda SP untuk tidak melakukan tuntutan, tetapi wanita itu menolak dan tetap ingin agar pembunuh suaminya diadili.
"Kembalikan nyawa suami saya dan saya akan berhenti menuntut," katanya kepada kepala polisi.
Setelah bertemu dengan keluarga SP, salah satu organisasi Kristen yang melayani di India merencanakan untuk membangun sebuah rumah baru bagi mereka. Mereka juga memberikan bantuan uang untuk biaya sekolah kedua putri SP dan juga kepada janda SP untuk memulai suatu bisnis, guna menafkahi keluarganya.
Orang-orang garis keras dari "agama lain" masih terus menyerang orang-orang Kristen minoritas seperti SP di daerah ini. Sejak 8 Desember 2010, orang-orang Kristen di daerah M telah diserang 15 kali. Salah satu serangan terburuk terjadi pada hari Natal, ketika sekitar 200 orang garis keras menyerbu masuk ke sebuah gereja di KK dan melukai beberapa orang Kristen. Orang-orang garis keras telah menyerbu pertemuan-pertemuan doa dan menyerang gereja-gereja, memukuli orang Kristen yang berada di dalamnya. Korban mereka termasuk wanita, termasuk juga yang sedang hamil, dan anak-anak. Paling tidak ada empat
keluarga yang meninggalkan desa mereka karena ketakutan.
(Kasih Dalam Perbuatan, Edisi September - Oktober 2011)