"Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya" [1 Petrus 3:1].
Setelah keluarga pertama jatuh dalam dosa, Tuhan Allah memberi pengaturan mengenai hubungan suami-isteri sebagai berikut, "ia ( suami ) akan berkuasa atasmu ( isteri )" [ Kejadian 3:16 ]. Terjemahan YoungĂ‚´s Literal menyatakan, "he doth rule over thee", maksudnya suami akan memerintah isterinya. Pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana hubungan suami-isteri sebelum kejatuhan. Apakah Adam ditetapkan dari semula untuk memerintah Hawa ? Atau, perihal memerintah ini terjadi karena adanya kejatuhan manusia kedalam dosa ?
Kalau kita perhatikan hubungan Adam dan Hawa di Taman Eden, dapat disimpulkan bahwa hubungan mereka bukanlah yang satu memerintah yang lainnya. Jenis hubungan mereka adalah seperti apa yang kami istilahkan, yaitu jenis "hubungan saling". Hubungan saling adalah suatu hubungan suami-isteri, dimana diantara mereka terdapat saling melengkapi, saling mengasihi, saling menundukkan diri, saling menasihati dst. Hubungan sedemikian ini dimungkinkan karena adanya kesehatian dan kesatuan sejati diantara keduanya.
Tetapi setelah kejatuhan, terjadi kerusakan hubungan antara manusia dengan Allah, dan antara manusia dengan sesamanya. Dalam kondisi seperti inilah, datang perintah Allah agar para isteri tunduk kepada suaminya. Tetapi kami percaya bahwa apabila segala kerusakan akibat dosa telah dipulihkan sepenuhnya, maka "hubungan saling" diantara suami-isteri akan dikembalikan. Suami dan isteri akan saling melengkapi, saling menasihati dan saling menundukkan diri. Dan kami percaya juga bahwa "hubungan saling" yang terjadi diantara suami-isteri ini, dapat terjadi didalam keluarga-keluarga Kristen yang telah dewasa dan matang. Tetapi, bagaimanapun juga, diawal pernikahan kristen, seorang isteri haruslah tunduk pada suaminya.
Ini bukan berarti bahwa suatu pernikahan yang telah matang dan dewasa, tidak menggenapi lagi firman Tuhan dalam 1 Petrus 3:1, melainkan mereka menggenapinya didalam dimensi iman yang berbeda.
Didalam 1 Petrus 3:1, terdapat janji Tuhan yang indah bagi seorang isteri yang tunduk pada suaminya, yaitu tanpa perkataan, tindakan penundukkan diri seorang isteri, dapat memenangkan seorang suami yang tidak taat pada Firman. Artinya, seorang suami yang tidak taat Firman, akan bertobat dan mentaati Firman, tanpa dikhotbahi oleh isterinya.
Tetapi yang sering terjadi, kita lihat, adalah seorang isteri yang telah aktif puluhan tahun dalam kekristenan, namun sang suami tetap tidak mengikut Tuhan dan tidak taat Firman. Mengapa demikian ? Mungkin salah satu sebabnya adalah isteri tidak tunduk pada suaminya, dan hanya "tunduk" pada program-program serta aktifitas kekristenan. Kalau memang benar demikian, betapa ruginya bagi sorang isteri, karena ia kehilangan janji Tuhan untuk menyelamatkan suaminya. Mungkin sang isteri berpikir ia mendahulukan kerajaan sorga dengan mengikuti segala aktifitas kekristenan, dimana tanpa sadar ia telah mengabaikan suaminya. Apabila sang suami menghendaki isterinya untuk tinggal dirumah menemaninya serta mengurus anak-anak, barangkali lebih baik sang isteri meninggalkan segala program-programnya diluar rumah, dan mengambil tindakan penundukkan diri, melayani suami dan anak-anaknya. Tindakan sedemikian ini akan mengundang kuasa Allah bekerja dan menjamah sang suami, sehingga tanpa perkataan ia akan bertobat dan menuruti Firman. Semoga para isteri, khususnya yang aktif dalam program-program kekristenan namun suaminya belum mentaati Firman, memutuskan dan mengambil prioritas dengan benar sehingga tidak kehilangan janji Tuhan dalam 1 Petrus 3:1. Amin
(Gema Sion Ministry)