Tanggal 26 April 2010 adalah perjalanan terakhir Kereta Api (KA) Parahyangan. Kereta ini sangat legendaris dan menyimpan sejarah panjang transportasi elit jalur darat di Jawa Barat.
Bandung sejak pertengahan abad ke-19 sudah menjadi tempat yang indah untuk dikunjungi. Jalur daratnya yang bergunung-gunung melahirkan nuansa magis dan alami yang melewatinya. Kondisi itu membuat Belanda memutuskan membangun jalur kereta Batavia-Bandung mulai 16 Mei 1884.
Usai pembangunannya, jalur Batavia-Bandung menjadi jalur kereta favorit karena keindahannya. Selain itu Bandung juga menjadi tempat favorit karena kesejukan udaranya sehingga makin banyak saja orang Belanda yang pergi ke sana bahkan kemudian tinggal di sana
Untuk mendukung banyaknya warga Belanda yang ingin berwisata dan bepergian ke Bandung, Belanda mengoperasikan kereta api mewah Batavia-Bandung dengan nama Klugge Vier. Ini kereta ekspres super mewah dan cepat saat itu.
Klugge Vier di zaman Orde Baru diubah namanya menjadi KA Parahyangan yang mulai beroperasi 31 Juli 1971. Sejak itu dimulailah legenda KA Parahyangan. Namun karena perkembangan zaman, layanan KA Parahyangan kemudian dianggap kurang memadai, karena orang cenderung menggunakan mobil, terlebih-lebih setelah mulai dioperasikannya tol Cipularang mulai April 2005. Selain itu PT KA juga mengoperasikan KA eksekutif Jakarta-Bandung Argo Gede yang jumlah penggunanya makin banyak. KA Parahyangan pun diwacanakan dihapus.
Rencana itu disayangkan pengguna setia KA Parahyangan. Mereka meminta agar KA Parahyangan tidak dihapus karena pelanggan setianya masih banyak. Karena desakan itu PT KA memutuskan tidak menghapus KA Parahyangan secara penuh namun disatukan dengan Argo Gede. Penggabungan ini melahirkan KA Argo Parahyangan.
KA Parahyangan sendiri beroperasi terakhir pada 26 April 2010. Momen ini banyak dipergunakan pengguna setianya untuk menyelenggarakan perpisahan terakhir dengan KA Parahyangan dengan melakukan perjalanan Jakarta-Bandung atau Bandung Jakarta.
