Meskipun mendapat kecaman internasional, pengadilan Vietnam tetap menjatuhkan hukuman 11 tahun penjara kepada seorang pendeta aliran gereja Menonit. Dalam putusan yang dibacakan pada sidang Sabtu (14/4) itu, hakim menilai sang pemuka agama terbukti bersalah membuat perpecahan antara pemerintah Komunis dan rakyatnya.
Seperti dilansir surat kabar pemerintah setempat, Pendeta Nguyen Cong Chinh, 43, dituduh sudah melakukan perbuatan melanggar hukum dengan menulis dan menyebarkan bahan-bahan yang memfitnah pemerintah kepada “kelompok reaksioner”.
"Chinh memiliki hubungan dengan beberapa organisasi reaksioner dan melanggar hukum mulai tahun 2004 sampai 2011, mengabaikan peringatan dan denda dari pemerintah daerah," tulis koran tersebut.
Meskipun "Chinh tidak menyadari apa yang ia lakukan adalah salah" Ia "tetap mengikuti jalur ilegal, yang sangat akan mempengaruhi keamanan lokal dan menimbulkan ketidakpuasan di masyarakat," ungkap hakim yang mengadilinya.
"Ia sudah mendistorsi situasi dalam negeri, memfitnah pemerintah, negara dan tentara dalam wawancara dengan media asing," tambah sang hakim sebagaimana dikutip harian berita Viet Nam.
Menanggapi hal ini, organisasi non pemerintah Internasional Human Right Watch menyatakan pemerintah Vietnam telah berlaku otoriter dengan terus membatasi praktik keagamaan di negara tersebut.
Ikut sertanya pihak berotoritas dalam menentukan materi apa saja yang harus disampaikan kepada jemaat membuktikan bahwa pemerintah Vietnam ingin benar-benar mengatur institusi keagamaan di wilayahnya. Hal ini tentu tidak dapat diperkenanankan mengingat acara keagamaan seharusnya bebas dari intimidasi pihak mana pun juga.
(bosnewlife)