Hal ini diungkapkan dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti dari University of Montreal dan Sainte-Justine University Hospital Research Centre.
Untuk meneliti ini, tim peneliti membuat penemuan setelah melakukan rekaman listrik pada otak bayi dalam 24 jam kelahirannya. Hasilnya, sinyal otak mengungkapkan, bahwa sementara bayi tidak bereaksi terhadap suara wanita lain, suara ibu akan mengaktifkan bagian otak yang berkaitan dengan kemampuan bahasa.
"Ini merupakan penelitian menarik yang membuktikan untuk pertama kalinya, bahwa otak bayi dapat merespon kuat suara ibunya. Hal ini bisa ditunjukkan secara ilmiah," jelas peneliti utama Dr. Maryse Lassonde dari University of Montreal, dilansir Sciencedaily, Selasa (21/12/2010).
Dr. Lassonde menjelaskan, untuk melakukan penelitian ini timnya menerapkan elektroda pada 16 kepala bayi ketika sedang tidur. Kemudian peneliti meminta ibu masing-masing anak mengeluarkan suara dengan vokal pendek, seperti 'Hallo atau hai'.
"Ketika ibu mereka yang berbicara, scan otak dengan jelas menunjukkan reaksi di belahan otak kiri, khususnya pada bagian yang bertanggung jawab pada kemampuan bahasa dan motorik. Ini membuktikan, bahwa 'motherese' yang menjelaskan komunikasi khusus antara bayi dan ibu, dapat diakui secara ilmiah," jelas Dr. Lassonde lebih lanjut.
Telah diketahui bayi memiliki kemampuan bahasa bawaan, namun dengan penelitian ini peneliti mulai memahami apa kapasitas ini dan bagaimana cara kerjanya secara ilmiah.
"Penelitian ini menegaskan, ibu adalah inisiator utama dan menunjukkan, bahwa ada hubungan neurobiologis antara penguasaan kemampuan bahasa pralahir dan motorik yang terlibat dalam cara bicara," kata Dr. Lassonde.
Studi ini dipublikasikan dalam Cerebral Cortex dan menerima dana dari Natural Sciences and Engineering Research Council of Canada, Canada Foundation for Innovation dan Canada Research Chairs programme.
Read more: http://siradel.blogspot.com/2010/12/suara-sang-ibu-berperan-penting.html