Perdebatan mengenai arkeologi budaya keagamaan seakan tidak habisnya menghiasi dunia penelitian ilmiah. Salah satunya mengenai bahtera Nabi Nuh yang terdampar di gunung Ararat. Untuk membuktikan kebenaran cerita itu pada 26 April 2010, kelompok peneliti dari China dan Turki yang tergabung dalam ‘Noah’s Ark Ministries International’ selama bertahun-tahun mencari sisa-sisa perahu legendaris tersebut. Dan mengklaim telah menemukannya.
Mereka mengklaim menemukan sisa-sisa perahu Nabi Nuh berada di ketinggian 4.000 meter di Gunung Agri atau Gunung Ararat, di Turki Timur. Menurut para peneliti, specimen yang mereka ambil memiliki usia karbon 4.800 tahun, cocok dengan apa yang digambarkan dalam sejarah. Tiap tahun, banyak tim pendaki yang mengklaim menemukan bahtera itu. Bahkan pencarian satelit pada gunung dilakukan. Namun penelitian lainpun segera menyanggahnya. Benarkah bahtera itu berada di sana?
Pencarian itu fokus pada ‘Anomali Ararat’. Formasi seukuran bahtera di puncak gunung itu difoto Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) pada 1949. Bahkan, secara ilmiah, kebenaran adanya banjir dahsyat itu dipertanyakan. Mungkin terdapat banjir besar selama setahun saat seorang pria beruntung dan keluarganya berada dalam perahu besar. Namun suatu hal tak ilmiah membayangkan sebuah bahtera berakhir di puncak Gunung Ararat setinggi 24,7 ribu meter. Sederhananya, tak ada cukup air di Bumi mencapai Gunung Ararat yang memang tinggi, megah, dan berada di luar jangkauan air itu.
Direktur Boston University Center for Remote Sensing Farouk El-Baz mengatakan, orang-orang itu menafsirkan citra satelit itu dengan pandangan bias. "Hingga kini, semua gambar yang pernah saya lihat bisa diartikan sebagai bentang alam," katanya. Bagi mereka yang percaya keajaiban dan percaya adanya lebih banyak air saat banjir 40 hari pada enam ribu tahun silam itu, tetap saja mustahil Anomali Ararat adalah sebuah Bahtera. Fitur yang ditafsirkan sebagai ‘Anomali Ararat’ adalah birai batu pada bayangan parsial yang dilengkapi ketebalan salju dan es yang bervariasi, tutupnya.
Pertentangan diantara para peneliti biarlah menjadi pekerjann rumah juga pergumulan mereka. Sikap kita sebagai orang percaya adalah mengimani segala sesuatu yang terjadi karena peran serta Kristus untuk mengizinkan tiap hal terjadi untuk memberkati manusia. Seperti bahtera Nuh yang menjadi berkat bagi orang percaya.
Source : Berbagai Sumber/DPT