Mari me-refresh kembali imaji kita terhadap Film produksi anak bangsa berjudul Lost In Papua yang akan membawa kita melihat kembali kekayaan alam dan budaya di Papua Selatan. Lebih dari sekedar film nasional, film layar lebar yang pertama kali digarap oleh sang sutradara Irham Acho Bahtiar ini merupakan realitas berdasarkan kisah yang nyata ada di Papua Selatan juga meretas pembuktian tentang kanibalisme suku korowai.
Dimulai dengan perjalanan tugas Nadia (Fanny Fabriana) ke Papua dengan alasan untuk menghindari kejaran cinta David (Fauzi Badillah) juga rasa penasarannya atas hilanya mantan tunangannya Rangga (Edo Borne) yang hilang di wilayah terlarang pedalaman rimba Papua, beserta timnya ketika menjalankan sebuah misi eksplorasi mencari titik tambang.
Nadia berangkat ke Papua membawa sebuah titipan cinderamata dari kakeknya (Piet Pagau) untuk kepala suku Korowai yang pernah menyelamatkan nyawanya di masa perjuangan lalu. Nadia yang baru pertama kali datang ke Papua, jatuh cinta dengan keindahan alamnya. Namun dibalik itu, misteri hilangnya Rangga masih terus membayangi Nadia.
Perjalanan menuju suku Korowai tidaklah mudah, Nadia bersama teman-temannya harus melewati rintangan yang cukup berat. Dalam keputus-asaan, mereka menemukan sebuah perkampungan suku primitive yang semua penghuninya perempuan. Di suku inilah, Nadia mengetahui kalau Rangga tiga tahun lalu pernah ditangkap oleh suku.
Lost in Papua adalah sebuah pembuktian dan ajakan untuk lebih menghargai alam dan tidak merusak kehidupan di dalamnya. Karya seni Ini sekaligus merupakan sindiran bagi eksploitasi tambang di Papua yang tidak memberi banyak manfaat bagi masyarakat Papua.