Salah satunya adalah direktur personalia di panti yatim piatu tersebut Chris Broadbent yang mengatakan bahwa pemeriksaan rutin surat-surat resmi tersebut kemudian berubah dengan cepat menjadi deportasi "Ketika kami berkendaraan ke tempat kerja, ada polisi di mana-mana dan diluar tempat kerja kami ada barikade," ujar direktur Village of Hope ini.
Dalam wawancara lewat telepon dari Spanyol, ia mengatakan, pejabat berwenang Maroko bertanya kepada anak-anak di panti asuhan itu apakah mereka bisa mengucapkan ayat salah satu kitab agama, sementara polisi mencari buku-buku bertema agama Kristen ditempat tersebut. "Mereka mencari materi-materi bertema Kristen yang mungkin pernah diberikan ke anak-anak disana, seperti cerita-cerita Alkitab untuk anak-anak, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan buku-buku bertema Kristen untuk anak-anak."
Broadbent mengatakan polisi menemukan buku-buku berisi cerita-cerita anak-anak dari Alkitab di panti tersebut, tetapi ia membantah anggapan bahwa kelompok itu bertindak sebagai misionari dengan mengatakan bahwa mereka tidak memaksa orang mengganti agama. Pihak berwenang Maroko mengatakan mereka menanggapi keluhan dari tetangga-tetangga panti yang mengatakan warga Kristen menargetkan anak-anak dibawah umur 10 tahun.
Di Maroko kelompok-kelompok Kristen dizinkan melakukan kegiatan sepanjang mereka tidak mengkristenkan penduduk mayoritas yang jumlahnya mencapai 98 persen dari jumlah penduduk kerajaan itu. Para misionaris di beberapa kota mengatakan mereka yakin ini merupakan tindakan terkoordinasi untuk membersihkan para penginjil yang sudah puluhan tahun ditoleransi di Maroko. Pekerja sosial Kristen dari Belanda, Inggris, dan Amerika juga diusir dari Maroko beberapa minggu yang lalu.
Source : Berbagai Sumber/DPT