Tidak banyak orang percaya yang memperhatikan dengan seksama mengenai kehidupan rohani mereka; ya mereka ke gereja, ya mereka memberi perpuluhan, ya mereka kalau makan berdoa, tapi mereka tidak berpikir harus “membangun”. Saya sudah sering menekankan mengenai pembangunan manusia roh. Pentingnya membangun fondasi manusia roh sebelum memperlihatkan gedung di atasnya. Sebagaimana kita tahu bahwa jika seorang kontraktor yang tidak dapat dipercaya diserahi uang untuk membuat rumah senilai 2 M, maka ia akan mengurangi bahan-bahannya dan membeli bahan murahan, maka kelihatannya waktu jadi, dari luarnya semuanya hampir sama, bagus warnanya, indah bangunannya, dekorasi interior dan eksterior warnanya nyaman dilihat. Tapi dalam hitungan 2-5 tahun bangunan itu akan memperlihatkan keretakan sana sini, bocor sana-sini, lalu tidak tahan hujan banjir dan semacamnya. Itu tidak akan terjadi jika dibangun dengan bahan-bahan yang mahal senilai nilai 2 M. Tapi karena keserakahan kontraktornya, maka rumah itu cepat hancur. Belum rayap-rayap yang menghinggapi kayu yang ternyata murahan juga, itu akan sangat memalukan di kemudian harinya jika ketahuan oleh orang yang bisa memperkirakan hitungan harga bahan bangunan itu.
Demikian juga dengan hidup kita; jika misalnya kontraktornya hanya kita serahkan kepada pendeta, maka pendeta yang tidak terlalu tahu bahan bangunan yang bermutu mungkin akan menolong rumah rohani Saudara dibangun apa adanya, sejauh pengetahuan dia tentang membangun rumah. Rasul Paulus berkata, “Aku adalah seorang ahli bangunan… tapi pembangun-pembangun lain di kemudian hari harus membangun dengan benar, sebab bahan-bahan yang murahan akan mudah dihancurkan dengan api; apakah itu jerami, kayu atau batu permata atau emas… ia akan bertanggung jawab pada hari penghakiman nanti.”
Benar, kami-kami para pendeta bertanggungjawab terhadap bahan dasar Saudara, tapi tidak sepenuhnya, sebab Saudara sendiri pertamalah yang harus bertanggungjawab terhadap pembangunan manusia roh(ani)mu. Saudara harus memupuknya dengan Firman, menyiraminya dengan doa dan penghafalan ayat serta perenungan ayat-ayat Firman hidup. Saudaralah yang paling penting yang mengetahui bahan dasar apa yang dipakai untuk membangun rumah rohanimu. Apalagi jika Saudara tidak terbuka terhadap gembalamu, mereka tidak akan mengerti bagaimana menata apanya dulu, mengecor sisi mananya lagi supaya permanen yang sebenarnya sesuai dengan apa yang Tuhan taruhkan di hatimu. Apalagi jika Saudara hanya datang-pergi saja ke gereja tanpa mengkhususkan diri masuk dalam kelompok kecil di komunitas Saudara, maka Saudara tidak akan tertolong dalam membangun fondasi rumah rohanimu.
Masih bagus jika Saudara datang ibadah di hari Minggu, lalu mencatat khotbahnya, sampai rumah dipelajari lagi, lalu membuat latihan dan goal-goal perubahan, dan setiap harinya masih diimbangi dengan membaca Alkitab selama 30-60 menit, dan mengajak keluarga untuk bangun mezbah keluarga. Plus, Saudara telan seluruh Firman yang disampaikan, percaya, mengimani, dan melakukan Firman dalam hal kecil-kecil dulu. Itu akan mempermudah pendeta menolong pembangunan dasar manusia roh Saudara. Tapi kalau datang ke gereja hanya karena rutinitas dan pulang langsung buka toko lagi dan maki-maki pegawai, pembeli, pembantu, sopir, pasangan serta anak-anak Saudara – itu tidak akan tertolong dengan khotbah pendeta sebagus apapun dari negara manapun bahkan sudah dinubuatkan seheboh apapun.
Para kontraktor/hamba Tuhan bertanggungjawab selain terhadap jiwa Saudara, kami bertanggungjawab terhadap diri kami di hadapan Tuhan – dengan bahan/motivasi apakah kami membangunnya, itu akan dituduhkan kepada kami. Jika dasar-dasarnya adalah yang murahan punya (kepentingan diri sendiri, pencarian nama, pengumpulan uang pribadi, kaya, serakah, tidak menghidupi Firman yang disampaikan, dsb), maka kami akan dibakar hangus pada hari penghakiman nanti. Itu bagian tugas dan tanggungjawab kami. Tetapi tugas Saudara adalah membangun, meneliti, menjaga bangunan manusia rohanimu sendiri. Saudara tidak bisa menuduh “gara-gara pendeta itu saya jadi begini…” – sebab setiap kita bertanggungjawab atas diri kita sendiri, walaupun memang kita bersangkut paut, tetapi kita tetap individual dalam mempertanggungjawabkannya nanti.
Maksudnya begini: Sekalipun pendeta Saudara sudah belajar sampai S5 di negara-negara asing dengan pengetahuan bahasa asli dan tidak asli sampai berkerut dan bungkuk, tapi kalau Saudara sendiri malas, tidak mau berubah, tetap menyukai dosa, maka pendeta luar biasa itu tidak bisa menolong Saudara dan tidak akan bertanggung jawab terhadap jiwamu. Ia sudah melakukan tanggungjawabnya sebagai hamba Tuhan yang setia dan maksimal. Sebaliknya, jika Saudara sudah setia, taat mati, biar diapa-apain pendetamu, disuruh minum air keruh sungai nil, disuruh membawakan sepatu pembantunya, disuruh membersihkan keset rumahnya, tapi pendetamu itu pendosa abis dan Saudara tidak berontak, Saudara sudah melakukan bagianmu. Saudara tidak mikir negatif, Saudara tetap tunduk dan tidak bersungut-sungut, Saudara betul-betul mengasihi dia – maka Tuhan akan memperhitungkan kebaikan hati Saudara, tapi Tuhan akan mempertanggungjawabkan dosanya kepada pendeta itu sendiri. Tapi mereka yang berbuat sebaliknya, mereka-mereka yang merasa pintar, yang suka menghakimi pendeta tapi tidak pernah mau melakukan Firman, merasa benar dan kurang ajar, tapi ternyata di hadapan Tuhan salah besar, yang mana sebenarnya Tuhan hanya ingin menguji hati mereka sejauh mana mereka tunduk dan hormat kepada pimpinan mereka, maka mereka sendiri yang akan berhadapan dengan Tuhan.
Kembali ke fondasi. Fondasi ini tidak kelihatan; jadi ini merupakan hal-hal yang Saudara bangun ”di tempat tersembunyi”. Tidak selalu tidak kelihatan sih, tapi intinya apakah Saudara bisa dipercaya saat apa yang kau perbuat tidak diperhatikan orang lain? Saat tidak seorang pun mungkin akan menghargai kejujuranmu, kebaikan hatimu tidak diperhitungkan, saat pengorbananmu tidak dihargai, saat kerendahan-hatimu tidak disambut, dsb. Inilah bagian dari pembangunan fondasi – percayalah Saudara akan menikmatinya di kemudian hari.
Saya ingat kisah Mordekhai, pamannya Ratu Ester, dia berbuat baik kepada raja, menyelamatkan nyawanya dari pengkhianat istana, yaitu dua pegawai raja yang bersekongkol untuk membunuh raja. Setelah diselidiki ternyata benar, maka 2 orang jahat itu dibunuh, tapi kebaikan Mordekhai tidak diperhitungkan. Apakah Tuhan tidak melihat? Apakah malaikat Tuhan tidak me-record setiap perbuatan baik dan jahat? Oh, folks, mereka melakukan tugas-tugas mereka sampai ke titik terkecil yang tidak kelihatan di mata jasmani, ya itu, yang terjadi di dalam hati, itu sebabnya namanya adalah pembangunan manusia roh. Detil-detil ditulis dan dilaporkan ke bagian departemen masing-masing di Sorga.
Tapi pada waktu yang tepat, raja dibuat tidak bisa tidur, ia meminta untuk mengambilkan catatan kerajaan, dan tidak kebetulan jika jarinya dituntun untuk membuka bagian catatan kisah Mordekhai menyelamatkan raja. Lalu raja bertanya, apakah ia telah memperoleh hadiah/upah? Belum. Maka Tuhan turut bekerja menganugerahi kemuliaan kepada Mordekhai yang tidak menuntut upah dari kebaikan yang diperbuatnya.
Nah, saya tidak membicarakan mengenai upah Saudara, tetapi saya menekankan bahan bangunan fondasi rumah rohani Saudara, itu yang lebih penting sekarang. Saya selalu mengajarkan berulang-ulang bahwa jika kita cheating (berbuat licik/bohong/mencuri) terhadap orang lain, atau dalam pekerjaan kita, terhadap bos atau atasan kita, atau pasangan kita, sebenarnya kita sedang merugikan diri sendiri. Saudara melakukan itu dengan tersembunyi, tapi Saudara sedang mengurangi material pembangunan fondasi manusia rohanimu. Saudara mencuri dari saku sendiri; atau sedang mempersiapkan fondasi yang keropos. Bukannya menabung fondasi baik untuk masa depan tapi malah mengurangi tabungan – dan jika selama ini terus menerus dikurangi bahan baiknya, berarti di accountmu minus. Saudara akan menyesal di kemudian hari jika tidak ada orang yang mempercayaimu, tidak ada orang yang mau bergaul denganmu, tidak ada orang yang mempekerjakanmu.
Jika Saudara melakukan kebodohan berulang-ulang, minta maaf berulang-ulang, sebenarnya Saudara sedang mengeroposkan masa depanmu, sedang menggerogoti nasib baikmu. Ya, Saudara dimaafkan, tapi kesalahan demi kesalahan terjadi lagi, itu tidak akan menabung masa depan cerah. Tabungan Saudara minus, dan untuk menaikkan account minus yang sudah terkuras banyak selama bertahun-tahun itu diperlukan genjotan yang keras, dibanding jika pelan-pelan nabung kepercayaan orang. Kalau minusnya sudah keterlaluan, mana orang bisa percaya? Jika histori keuangan (bangunan rohani) Saudara bocor dimana-mana, hutang dimana-mana, tagihan kartu kredit dimana-mana, tiap bulan kuatnya hanya bayar bunga, bagaimana Saudara bisa mengantisipasi masa depan? Dan jika tinggal bayar bunga, bunga itu mencekik ‘leher’, gali lobang tutup lobang, bagaimana bisa menabung untuk masa depan?
Hal ini juga menyangkut kemalasan, kerja setengah-setengah, masuk kerja suka terlambat, suka membuat alasan, tidak mau berdoa, tidak setia, tidak mau melakukan kebaikan, suka menggerutu, ngomel, suka iri hati, sakit hati – semuanya tidak bisa dituduhkan kepada account orang lain sebagai debit, tapi Saudaralah yang sedang mendebit account saku masa depan Saudara sendiri.
Saya dulu pernah bekerja sebagai pembantu rumah tangga, bersih-bersih rumah orang dan dibayar per-jam $8. Saya dipercaya pegang pintu rumahnya, dan seisi rumahnya ada dalam tangan saya, selain kunci-kunci brankasnya. Saya bekerja 5 jam, dan uang kerja sudah disediakan di meja pada pagi hari saya masuk rumah itu. Pemilik rumah sudah pergi bekerja dan saya tinggal dengan anjing mereka Maxwell Barnes. Tetapi jika saya bisa bekerja lebih cepat dari jam yang diperkirakan, maka uang sisa gaji saya kembalikan $40 minus $8, saya letakkan di meja dengan catatan bahwa saya bekerja lebih cepat hari ini. Tidak ada yang melihat, hanya anjing dan kucing mereka yang bersahabat dengan saya. Tidak disadari saya sedang membangun fondasi masa depan saya; saya sedang nabung kebaikan, nambah nilai + di account saya. Apakah Tuhan tidak mencatatnya? Dia yang paling detil mem-file-kan sikap hati saya, manusia roh saya. Sikap seperti itu saya pertahankan, saya menabung terus dan tidak mau berhutang, tidak mau pakai “kredit kad”, kalau tidak punya uang saya doa puasa saja, saya berpada dengan apa yang ada, berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian.
Sekarang saat saya masuk dalam pelayanan seperti ini, dimana para pembaca bergabung dalam ministry The Kingdom untuk JOIN US, dan mereka mempercayakan uang mereka yang tidak sedikit, Saudara tahu bahwa saya sedang terus membangun dengan fondasi yang tidak mudah keropos. Saya mempertanggungjawabkannya, saya menyewa auditor, saya membayar orang pajak, saya tidak menyentuh uang pelayanan untuk kepentingan pribadi – bahkan saya menambahinya dengan limpah dari waktu ke waktu. Apakah ini terjadi begitu saja? Apakah para Participants mengalir dengan sendirinya? Tidak, semuanya berdiri atas dasar kepercayaan yang sudah dibangun dengan fondasi yang kokoh selama bertahun-tahun, sebab hanya Tuhan saja yang sanggup menggerakkan hati.
Kalau begitu, apakah saya sudah selesai membangun fondasi dan boleh mengubah aturannya? Tidak boleh, saya harus tetap menyusun bangunan ke atas dengan bahan-bahan yang lebih berkualitas. Sampai sedetil-detilnya dasar kebenaran itu diletakkan untuk membangun manusia roh saya sampai Tuhan datang menjemput di awan-awan permai bertemu dengan Saudara semua dalam kehidupan yang lebih nyata. Lalu upah sesungguhnya dari pembangunan itu ada di Sorga, rumah abadi itu ditentukan oleh pembangunan kita saat di dunia ini. Kualitas dari rumah itu ditentukan dari bahan yang kita susun sekarang ini. Itu sebabnya hidup ini tidak main-main; tidak setengah-setengah – jika kita tahu ada yang baik, kenapa memilih yang murahan? Jika ada yang unggul, kenapa memilih yang second best?
Mungkin ada yang bertanya: Bagaimana jika selama ini saya sudah membangun dengan bahan yang keropos? Bagaimana jika tabungan manusia roh saya minus? Apa yang harus saya lakukan? Bagaimana jika sudah tidak ada orang yang mempercayai saya lagi? Bagaimana jika sekarang saya hutang sana-sini tapi tidak ada solusi untuk dipercayai, untuk ditambah tabungan saya, untuk naik tingkatannya?
Jawabannya ialah: Saudara harus berjuang untuk dipercaya bukan dari nol lagi tapi dari minus. Sekarang Saudara harus melakukan hal yang sebaliknya, jika kemarin-kemarinnya hanya hutang saja, sekarang usahakan nilai++, bekerjalah lebih-lebih, dipercaya lebih++, menambah semua nilai-nilai++, sehingga tidak hanya cukup menutup bunga hutang tiap bulan. Hutang-hutang tertentu yang memang selama ini sering diambil harus ditambah-lipatgandakan penyetorannya, sampai berlimpah++. Sebab hutang itu sudah bertambah besar dan membunga, jadi menutupnya tidak bisa sama dengan jumlah pada waktu mengambilnya. Tapi sebaliknya, sebagaimana kita tahu sistim bank dunia, justru jika account Saudara ada isinya dan makin hari ditambah lebih besar kreditnya, Saudara malah mendapatkan bunga. Rupanya sistim bunga dunia sama dengan Sorga, hanya bedanya kalau Sorga lipatganda abis. Itu yang namanya barangsiapa mempunyai sedikit, itupun akan diambil daripadanya untuk diberikan kepada yang mempunyai. Inipun ada ayat-ayatnya.
Matthew 13:12 Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.
Matthew 25:29 Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya."
Luke 8:18 Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya."
Misalnya, jika engkau disuruh lari 2 km, berlarilah 5 km, atau kalau bisa bahkan 10 km. Jika engkau disuruh menulis 1 lembar folio, tulislah sebanyak-banyaknya, kalau perlu tidak tidur, kalau perlu keluar uang sendiri, kalau perlu rugi sekarang – semuanya untuk mendapatkan kepercayaan kembali, untuk menutup hutang dan mulai menambah uang di akun Saudara. Ini tidak mudah bagi orang yang terbiasa hidup dengan prestasi buruk, tapi jika berani memulai sekarang, tidak ada yang pernah terlambat.
Jika perumpamaan di atas masih kurang jelas, baiklah saya akan menjelaskannya kepada yang mungkin belum ngeh bagaimana caranya menutup atau membayar hutang bahkan menumpuk tabungan di sana, plus bisa mendeposito kelebihannya: jika accountnya suka diambil dengan jalan “mencuri”, “bergosip”, “berbohong”, sehingga perbuatan pengurangan ini menimbulkan ketidakpercayaan orang-orang di sekitar Saudara dan membuat terjadinya hutang minus di account Saudara, maka sekarang yang Saudara lakukan adalah seharusnya kebalikan dari hal-hal di atas. Saudara harus menutup semua lubang hutang itu dengan kelebihan yang berjuntai – Saudara tidak bisa membayar hutang sedikit-sedikit, itu hanya nutup bunga hutangnya saja dan sampai kapanpun hutang yang sudah Saudara timbun tidak akan pernah terbayar. Jadi, jelasnya, jika suka berbohong, berjujurlah sejujur-jujurnya sampai sedetil-detilnya. Jika suka mencuri, bermurah hatilah sebanyak-banyaknya; jika suka menggosip, bertutup-mulutlah serapat-rapatnya. Itu namanya bayar hutang, dan harus dilakukan ber++, ingat ya?
Berpikirlah mengenai kekekalan; sebab apa yang Saudara lakukan di dunia nyata sekarang ini sangatlah menentukan posisi Saudara di Sorga. Benar memang semuanya karena anugerah, tapi Tuhan juga memberi bonus kepada orang-orang yang berani berjuang lebih, berani berjerih lelah, berani membayar harga. Apakah yang malas dan yang giat mendapatkan penghargaan yang sama? Jika begitu, Tuhan tidak akan berjanji “Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.” (Roma 2:6)
Memang kita sudah diselamatkan, tetapi harus menambahkan kepada keselamatan itu hal-hal lainnya untuk menuju kepada kesempurnaan. Firman Tuhan malah bilang bahwa kita harus “sungguh-sungguh” menambahkan kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih akan saudara-saudara dan kasih kepada semua orang. Ini merupakan elemen yang sangat penting untuk dikejar setelah kita memperoleh keselamatan, sebab jika kita menganggap anugerah keselamatan yang gratis itu murahan dan tidak menambahkan hal-hal di atas dengan “sungguh-sungguh”, maka orang itu akan tersandung dan tidak memiliki hak penuh untuk masuk dalam kerajaan-Nya. 2 Petrus 1:4-11.
Lagi pula, iman tanpa perbuatan katanya mati; jadi beriman masuk Sorga tanpa disertai elemen-elemen yang harus mengikutinya tidaklah berarti. Cobalah perhatikan ayat-ayat di bawah ini dan beberapa ayat pelengkapnya di Alkitab masing-masing, supaya ada kejelasan bahwa kita semua harus membangun manusia roh. Tidak bisa dibiarkan saja bangunan ini tanpa dekorasi interior. Makin hari makin diisi, diperindah, dipercantik, dipermulia, dipersempurna.
Yak 1:25 Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.
Yak 2:21 Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan- perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?
Yak 2:24 Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.
Ada buku yang berjudul “The Discipline of Grace”. Ya, jika anugerah tidak disertai kedisiplinan, maka ia tidak berharga. Grace itu mahal harganya, walaupun diberikan tanpa harga atau tanpa usaha. Selagi menghibur, grace juga menantang kita untuk mengejar kekudusan. Jadi, setiap kita punya proyek bangunan roh masing-masing, marilah kita membangun ke atas dengan fondasi yang benar, menetapkan dasar-dasarnya dengan teguh, dengan bahan material yang kokoh, bukan yang keropos atau merugikan masa depan kita sendiri. PR ya, yang akun bank manusia rohnya sudah mendekati terkuras atau malah sudah berhutang, kerjakan PR perjuangan Saudara dengan mengisi banyak-banyak, plus+. Buatlah catatan, tulislah apa yang akan Saudara lakukan untuk menutup lubang itu, lalu ceritakan kepada saya hasilnya. Sementara saya mendoakan Saudara Pembaca tiap hari, gimana? Deal? Sure, God bless you ya… selamat menjalankan tugas mulia.
Penulis : Sis' Magdalene Kawotjo