Nico Kilikily, seorang preman berhati bengis menuntut darah musuh-musuhnya dengan menggunakan benda maksiat pembawa bencana.
“Samurai saya sudah banyak memakan korban jiwa dan banyak darah yang tertumpah. Pedang samurai itu saya asah setiap hari supaya siap siaga setiap waktu. kalau ada serangan saya tinggal menggunakan,” ujar Nico membuka kesaksiannya.
Dengan balutan jubah panjang berwarna putih, Nico bak seorang panglima bertangan besi tanpa perasaan seolah ingin menunjukkan kehebatannya. Nico menyatakan bahwa dia
tidak pernah menyangka orang-orang yang melihatnya menganggap dirinya sebagai seorang panglima. Namun, dirinya sangat bangga akan sebutan itu karena menurutnya gelar panglima diberikan untuk seseorang yang memiliki nama besar.
Sosoknya sebagai penguasa di salah satu kawasan Jakarta Pusat begitu sangat disegani dan ditakuti baik oleh kawan maupun lawan. Nico akan langsung menghajar orang yang memeloti dirinya ataupun berbuat salah walaupun itu sepertinya kesalahan kecil. Semuanya dipukul Nico tanpa ampun. Karena keberaniannya tersebut banyak orang yang takut dan menganggap dirinya hebat.
Sehari-hari, Nico dan anak buahnya harus siap bertikai demi mempertahankan lahannya dari invasi genk lain. Suatu hari, lokasi mangkal Nico dan anak buahnya di datangi oleh kelompok lain. Kelompok lain tersebut datang dengan maksud untuk mengusir Nico cs keluar dari kawasan yang dipegangnya selama ini. Tentu saja, Nico dan kawan-kawannya tidak menyetujui hal tersebut.
Merasa lahan tempat mendapatkan penghasilannya ingin diambil, Nico tidak berdiam diri. Dia dan teman-temannya langsung menjawab tantang kelompok lain yang ingin merebut lahannya sehingga bentrokan pun tidak dapat terhindari.
“Ketika perang, kebanyakan ada korban jiwa. Bisa-bisa ditangan saya, ada yang jatuh saya hantam. Begitu juga apabila jatuh di tangan orang lain, kita lagi geram maka lampiaskan kepada orang itu disitu,” ungkap Nico mengenang masa lalunya yang kelam tersebut.
Kemenangan atas kelompok lain membuahkan kesombongan yang menjadi-jadi dalam diri Nico. Sebagai penguasa di salah satu kawasan Jakarta, yakni Tanah Abang, Nico berbuat apa saja yang diinginkannya. Perang karena mempertahankan wilayah acapkali dilakukan oleh Nico Kilikily agar wilayahnya tidak berpindah ke tangan orang lain. Apalagi Tanah Abang dikenal merupakan sebagai salah satu sentra bisnis yang menjanjikan di pusat Jakarta sampai saat ini. Demi hal tersebut, perang antar genk kembali meletus. Kali ini Nico
dan anak buahnya harus berjuang sampai titik darah penghabisan. Perang tersebut berlangsung dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore.
Teriakan demi teriakan saling bersahutan. Suara bacokan berkali-kali terdengar basah di telinga. Suasana tegang semakin mencekam menyeliputi di daerah tersebut.
“Akibat keributan itu kantor kecamatan Tanah Abang pun dibakar. Waktu itu Yang memimpin keributan tersebut adalah saya,” ujar Nico. Atas insiden tersebut, Nico dan anak buahnya kemudian ditahan. Setelah diproses beberapa lama, Nico pun dikeluarkan dari penjara. Beberapa waktu kemudian, sang panglima pun harus berhadapan kembali dengan aparat.
Seorang oknum aparat yang sedang dalam keadaan mabuk mengajak Nico berkelahi. Karena terdesak kondisi, akhirnya dirinya pun meladeni tawaran perkelahian dari oknum polisi tersebut hingga akhirnya aparat tersebut terkapar tak berdaya.
Sikap keras yang ditunjukkan Nico ternyata merupakan hasil bentukan dari ajaran papanya yang merupakan seorang pegulat dan memiliki hobi berantem. Papa Nico sangat senang kalau melihat anak-anaknya jadi jagoan. Bahkan papanya sering memberikan motivasi kepada Nico dan kakak-kakaknya agar bisa menjadi seorang pembunuh. Papanya melarang Nico agar mengeluarkan air mata dan bila itu dilanggarnya maka dirinya tidak akan dapat uang jajan. Ketika Nico menang dalam pertarungan maka pujian dan sanjungan diberikan papanya.
Perkelahian antara dirinya dengan oknum polisi mabuk tempo hari ternyata menambah masalah dalam dirinya. Kawan-kawan dari oknum polisi tersebut mendatangi dirinya yang saat itu sedang seorang diri. Dengan memegang senjata, para oknum polisi tersebut menghajar Nico tanpa ampun yang hanya bisa mundur dan menangkis serangan dari para pengeroyoknya tersebut.
Beruntung bagi Nico, saat ia mulai tak berdaya, musuh-musuhnya meninggalkannya dalam keadaan yang sangat mengenaskan. Dan beberapa waktu kemudian, sebuah berita membuat naluri pembunuhnya bergejolak dalam batinnya.
Beberapa junior Nico di genk tersebut datang ke lokasi tempat mangkal mereka dan memberi kabar bahwa salah seorang teman dekatnya, Anis dikeroyok oleh salah satu genk. Mendengar hal tersebut, dengan membawa samurai, Nico dan anak buahnya langsung bergegas mendatangi lokasi pengeroyokkan salah satu anggota genknya. Disana dia menemukan kondisi Anis, temannya tersebut masih hidup tetapi dalam kondisi menggenaskan.
Tidak terima dengan tindakan yang dilakukan oleh kelompok tersebut kepada temannya membuat rasa persaudaraan Nico tergugah. Akhirnya dirinya mencari orang-orang yang telah melukai temannya tersebut. Nico cs pun melakukannya dengan membakar rumah-rumah dan motor yang ada di Tanah Abang.
Dendam kesumat yang berurat akar dalam dada Nico semakin memuncak saat pimpinan genk yang dicari itu lari entah kemana. Namun, beberapa hari kemudian sebuah peristiwa sadis pun terjadi. Nico cs akhirnya bertemu dengan pimpinan genk yang telah melukai teman dekatnya tersebut dan mereka pun melakukan hal yang sama, bahkan lebih kepada musuhnya tersebut. Kedua belah mata dari pimpinan genk tersebut dibuat buta oleh Nico cs. Semua musuh dibuat lumpuh, lunglai, tanpa daya saat berhadapan dengan Nico. Tidak ada musuh yang berani menyentuh wilayah mereka. Dengan kekuasaan dan nama besar yang dimilikinya, sebuah perusahaan mempercayai Nico untuk mengeksekusi sebuah rumah bermasalah.
Setelah berhasil mengeksekusi rumah tersebut, Nico dan anak buahnya mulai dipercaya baik oleh pengusaha-pengusaha atau orang penting untuk membantu menyelesaikan usaha mereka. Segala hal yang menjadi penghargaan di dunia ini dimiliki oleh Nico cs. Harta, tahta, wanita semua dengan mudah didapatkannya. Bahkan, narkotika pun turut dikecapnya.
Dengan mengonsumsi narkotika, Nico seperti mendapatkan kesejahteraan diri dan kasih sayang. Walaupun dari lubuknya yang paling dalam, dia ingin keluar dari lingkaran setan tersebut.
Sampai satu ketika seorang teman memberinya inex impor dari Belanda. Pada saat mengonsumsi barang tersebut, terjadi suatu perasaan yang dahsyat di dalam diri Nico. Perasaan dahsyat itu ternyata adalah tanda-tanda bahwa diri Nico alami over dosis. Darah keluar dari hidung, mulut dan telinga. Bahkan lebih parahnya lagi, tubuh Nico sudah mulai merasakan dingin dari kaki sampai lehernya. Sepertinya tipis kemungkinan Nico akan selamat. Akhirnya Nico pun dibawa ke rumah sakit. Pada saat itu, Nico teringat dengan lagu sekolah minggu yang pernah dinyanyikan waktu ia kecil, “Yesus, Yesus, dokterku yang baik. Dokter dunia tidak sama”. Padahal syair tersebut tidak pernah diingatnya setelah dia beranjak remaja.
Sesampainya di rumah sakit, lagu tersebut masih terus dinyanyikan oleh Nico. Bahkan salah seorang suster mendengar lagu tersebut. Di antara sadar dan tidak sadar, Nico meminta suster untuk mendoakan dirinya karena dirinya sebentar lagi akan mati. Dia sadar bahwa dosa-dosa yang diperbuatnya saat ini telah membawanya kepada sebuah garis akhir kehidupan di depan mata.
Tiba-tiba keangkuhan sang panglima runtuh dalam sekejap, keegoannya takluk pada sentuhan pada sang pencipta. Dalam ketidaksadarannya, Nico seperti melihat darah orang yang tertumpah. Dirinya begitu ketakutan dan saat maut terasa mendekat dirinya mengakui segala perbuatan-perbuatan dosa yang telah dia lakukan selama ini. Pada saat itu, Nico merasakan kegelapan dan neraka sudah menjadi tempatnya.
Di dalam batas pengharapannya kepada Tuhan, Nico berteriak kepada Tuhan agar mau menolongnya. Waktu dirinya berteriak seperti itu, sang suster yang ada disitu berdoa. Selesai amin, 10 menit kemudian, tubuh dingin Nico pun mulai surut perlahan-lahan. Dokter yang menyaksikan itupun bingung karena hal ini tidak pernah terjadi dalam praktiknya selama ini. Namun, Nico percaya itulah Tuhan Yesus yang ajaib.
Sungguh suatu mukjizat yang luar biasa, Nico lepas dari cengkraman maut. Menyadari dirinya masih bernafas, Nico langsung mengambil keputusan penting dalam hidupnya yakni melayani Tuhan seumur hidup-Nya.
Keputusan Nico meninggalkan dunia premannya mendapat reaksi keras dari teman-temannya. Teman-temannya menganggap Nico telah berkhianat kepada mereka dan akhirnya dirinya pun ditinggalkan oleh kelompok yang selama ini diikutinya.
Nico tidak menyesal akan keputusan tersebut karena hidupnya adalah untuk menyenangkan hati Tuhan. Saat ini, Nico benar-benar mengabdikan dirinya untuk menolong orang-orang yang terjerat dalam dunia preman.
“Arti Yesus bagi hidup saya, Dia adalah prioritas hidup saya. Karena saya merasa tanpa Tuhan Yesus, saya tidak akan hidup. Karena pengorbanan Yesus di kayu salib dengan kejahatan yang saya lakukan itu semestinya saya tidak layak. Mestinya saya, seorang Nico Kilikily sudah di black list di kerajaan Surga. Tetapi, Tuhan Yesus mau mati di kayu salib oleh karena menanggung dosa-dosa saya. Kasih-Nya tidak pernah terbatas dalam hidup saya,” ujar Nico mengakhiri kesaksiannya. #
Sumber Kesaksian:
Nico Kilikily