Siang itu, Selasa, 5 Desember 2000, Gloria Oey sedang menikmati makan siang di sebuah rumah makan ketika telephone genggamnya berdering, “Cepetan pulang, mama berdarah-darah!”
Ketika Gloria sampai di rumah ibunya, ia melihat banyak orang telah berkerumun. Ia bertanya-tanya apa yang telah terjadi, dan saat ia masuk yang ia menemukan ibunya yang bersimbah darah dan sudah tidak bernyawa lagi.
“Yang membuat saya sedih adalah bagaimana dia sendirian saat kesakitan…” tutur Gloria dengan mata berkaca-kaca. “Kalau saya pikirkan itu, hati saya keiris-iris..”
Hasil investigasi polisi menemukan bahwa pembunuh ibu Gloria adalah Yudi, seorang koki yang dipekerjakan oleh wanita yang berusia 60 tahun itu. Saat itu Yudi yang biasa datang ke rumah korban meminta uang, dan ketika tidak diberikan, Yudi mengeluarkan pisau dan menusukkannya ke tubuh korban sebanyak lima kali.
“Nomor satu yang ada dipikiran saya adalah ada apa kok sampai dia begitu tega, apa dia punya dendam sama mama saya, ada kejadian sesuatu atau dendam tertentu kepada salah seorang anggota keluarga yang kami tidak ketahui?”
Tidak tahan dengan berbagai pertanyaan yang muncul dalam pikirannya, Gloria menemui Yudi di sel Kepolisian Taman Sari.
“Jawabannya semua tidak..tidak.. tidak..” demikian kenang Gloria.
“Lalu kenapa kalau tidak ada latar belakang sama sekali kamu kok bisa begitu sadis, sadar ngga kalau kamu juga lahir dari seorang ibu?” demikian berondongan pertanyaan Gloria kepada Yudi.
Rasa gemas dan gregetan memenuhi hati Gloria dan membuatnya ingin melampiaskan amarahnya kepada sang pembunuh itu. Selain itu ada sebuah penyesalan yang dalam karena ia dan empat saudaranya merasa belum bisa membalas pengorbanan dan kasih sayang ibunya yang telah bekerja keras membesarkan mereka. Ada pertanyaan yang menghantui Gloria, mengapa Tuhan mengijinkan ibunya meninggal dengan cara yang mengerikan seperti itu.
“Terlalu singkat untuk mama menikmati hidup,” ujar Gloria. “Karena sebelumnya dia menjalani hari dengan berjuang dan bekerja keras..”
Sejak kejadian itu, ada rasa takut mencekam hati Gloria, “Setiap pintu saya periksa. Lalu saya bisa turun lagi periksa lantai 3, lantai 2, lantai 1 sampai pintu paling depan apakah sudah dikunci dengan baik.”
Namun Gloria sadar, ia tidak boleh membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa takutnya. Ia memutuskan untuk datang kepada Tuhan dan membawa semua rasa takut dan sakit hatinya.
“Saya minta Tuhan buang memorinya, memori tentang mama saya yang terbaring dilantai dengan darah yang begitu banyak. Saya minta Tuhan buang dan saya ambil keputusan untuk mengampuni. Saya tahu sepanjang saya masih memelihara memori itu, saya tidak bisa mengampuni dengan tulus. Karena saya masih senang bawa-bawa memori itu, saya masih ingin orang itu diapain gitu..”
Memutuskan untuk mengampuni orang yang membunuh pribadi yang sangat dikasihinya bukanlah sesuatu yang mudah bagi Gloria. Dia membutuhkan waktu tiga bulan bergumul dengan dirinya sendiri dan terus meminta kekuatan dari Tuhan.
“Waktu itu saya sadar bahwa saya sudah menerima pengampunan dari Tuhan Yesus. Segala kesalahan saya yang banyak dan segala dosa saya sudah Tuhan ampuni. Masa sih saya ngga mau ampuni orang yang notabene tidak mengenal kebenaran. Pada waktu itu, walaupun sulit saya bawa namanya, saya katakan pada Tuhan, ‘Tuhan… saya ambil keputusan, saya mau ampuni orang ini..!’” demikian Gloria menceritakan kemenangannya atas rasa benci dan sakit hati.
Tidak lama kemudian, Gloria membuat tindakan yang sulit dipercaya. Gloria mendatangi Yudi di sel penjara dan melepaskan pengampunan langsung didepan orang yang telah membunuh ibunya itu.
“Yudi, saya mau kamu tahu bahwa sudah ambil keputusan untuk mengampuni kamu.”
Saat itu, Gloria seperti mengalami terobosan, “Ada rasa ringan, rasa lega. Saya tidak perlu mengangkat beban itu di punggung saya. Saya ngga perlu hidup dengan luka hati dan kepahitan saya lagi. Saya buang semua sampah itu, dan saya boleh hidup dalam kemerdekaan oleh karena kasih Tuhan dan darah Yesus.”
Setelah bertahun-tahun kejadian tersebut berlalu, Gloria belajar hal yang sangat penting dari kejadian yang menyakitkan tersebut.
“Segala sesuatu di muka bumi ini, dan Tuhan sudah menetapkan setiap waktu dengan sempurna. Oleh sebab itu mari pakai waktu-waktu yang kita miliki sebaik mungkin untuk mengasihi orang-orang yang Tuhan tempatkan dalam hidup kita, suami, istri, anak dan juga orangtua. Itu adalah pelajaran pertama, pelajaran kedua adalah sekalipun kita tidak tahu mengapa hal itu harus terjadi, kita tidak perlu terus menerus bertanya sehingga kita kehilangan iman dan kita meragukan Tuhan dalam hidup kita. Saya percaya Tuhan Yesus berdaulat dalam hidup anak-anak-Nya.”(Kisah ini ditayangkan 28 April 2011 dalam acara Solusi Life di O’Channel)
Sumber Kesaksian:
Gloria Oey
(Jawaban.Com)