Kejahatan bisa terjadi dimana saja dan tidak pernah disangka-sangka, pagi itu oleh Emily Klotz sedang lari pagi seperti biasanya, tidak sedikitpun terbersit hal buruk akan ia alami.
“Saya melihat seorang pria datang ke arah saya pada sisi jalan yang berlawanan,” demikian tutur Emily. “Dia menyeberangi jalan dan meraih saya lalu menyemprotkan semprotan merica ke wajah saya dan menarik saya sepanjang jalan menuju mobilnya yang diparkir di hutang, dan mendorong saya masuk ke dalam bagasi. Itu adalah ketakutan terbesar yang sedang terjadi dalam hidup saya saat itu juga.”
Emily mencoba memberontak di bagasi mobil itu, dan menemukan disana ada segulung lakban, obeng dan borgol.
“Saat itu saya berpikir bahwa saya pasti akan dibunuh. Dibalik pemikiran itu saya memiliki banyak penyesalan, saya mengingat bahwa saya masih belum menikah dan saya ingin punya anak. Sungguh menyesal mengapa hidup saya begitu singkat.”
Untuk menenangkan dirinya, dibagasi yang gelap dan pengap itu ia menyanyikan lagu-lagu yang dia pelajari di gereja saat dia masih kecil.
“Saat itu saya benar-benar merasakan hadirat Tuhan bersama saya. Tuhan menenangkan saya, kedamaian-Nya ada dalam bagasi mobil tersebut, dan itu membuat saya tetap bertahan hidup,” kenang Emily.
Suara nyanyian Emily dan doa yang dia panjatkan dalam ketakutan rupanya terdengar oleh telinga pria yang menangkapnya itu, “Pria yang sedang menyetir itu pastilah merasa bersalah, sebab dia langsung menyalakan radio dan mengeraskan suaranya untuk menutupi suara nyanyian dan doa saya.”
Satu jam kemudian mobil itu berhenti dan bagasi pun dibuka. Emily berusaha melarikan diri, namun pria itu dengan cepat menyergapnya dan menjatuhkannya ke tanah.
“Pada saat itu saya menatap dia dan berkata: ‘Apakah kamu bekerja untuk setan?’ Dia melihat saya dengan wajah mengejek menjawab ‘Tidak.’ Lalu saya berkata, ‘Ketahuilah bahwa Tuhan bersama saya!’”
Emily diikat dan kembali dimasukkan ke dalam bagasi. Empat puluh lima menit kemudian dia dibawa ke sebuah loteng dan di borgol disana.
“Dia memborgol tangan saya ke sebuah tiang di dekat lantai dan disitulah dia memperkosa saya secara brutal.”
Saat semua selesai, Emily ditempatkan di bangku belakang mobil. Anehnya, tiba-tiba pria itu meminta Emily untuk menyanyi.
“Saya mulai menyanyikan lagu Amazing Grace di mobil itu. Saya merasa Tuhan memberikan lagu itu untuk dinyanyikan karena bukan agar si pria yang baru saja melakukan hal yang mengerikan kepada saya ini menerima anugerah Tuhan dan dia bisa diselamatkan jika menerima anugerah Tuhan, tapi saya juga membutuhkan anugerah tersebut sama besarnya seperti dia meskipun saya bertumbuh di sebuah sekolah Kristen dan bertumbuh di gereja, saya belum memiliki hubungan dengan Tuhan, saya belum menerima anugerah tersebut.”
Emily akhirnya ditinggalkan oleh pria tersebut di lapangan parkir di dekat kampusnya dan segera menghubungi polisi. Pria penyerangnya itu ditangkap keesokkan harinya. Namun Emily hidup dengan luka yang mendalam akibat kejadian tersebut.
“Saya terluka secara fisik, saya juga terluka secara emosional. Tentunya saya merasa marah pada pria itu dan saya marah pada semua hal yang harus saya lalui untuk pemulihan. Marah pada keadaan mengapa hal itu bisa terjadi,” demikian Emily mengungkapkan perasaannya kala itu.
Akhirnya seorang teman datang kepadanya dan berkata bahwa Tuhan mengasihinya dan ingin memulihkannya.
“Saya mulai mengerti bahwa Yesus telah memberikan segalanya, Dia memberi hidup-Nya bagi saya, karena Dia sangat mengasihi saya. Yesus menawarkannya pada saya dan jika saya mau menerimanya dan membukanya maka saya akan memperoleh hidup yang kekal. Saya pun mulai memanjatkan doa yang sederhana: Tuhan, aku sungguh ingin melayani Engkau dengan hidupku dan akan mengasihi-Mu dengan seluruh keberadaanku. Aku menerima Engkau masuk ke dalam hatiku. Aku ingin hatiku sepenuhnya menjadi milik-Mu. Dan tiba-tiba saja kata-kata itu menjadi begitu hidup bagiku, seperti belum pernah terjadi sebelumnya. Karena aku mendengar Tuhan berkata, “Aku akan melakukan ini semua demi kebaikan.” Saya pun mulai menemukan hal-hal baik dari peristiwa itu. Saya merasa bahwa Tuhan ingin agar saya mengampuni pria yang telah memperkosa saya. Dia mengingatkan pada saya ketika Yesus di kayu salib dan berkata, “Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang telah mereka perbuat!” Maka saya berkata dengan lantang, “Saya memutuskan untuk mengampuni pria tersebut.”
Seperti Yesus berdoa untuk mereka yang telah menyalibkannya, demikianlah Emily berdoa bagi pria yang telah memperkosanya. Bahkan mulai saat itu, Emily terus berdoa bagi keselamatan jiwa pria tersebut.
“Pengampunan saya baginya dapat berlangsung dengan cepat karena itu (berdoa bagi pria itu), kemarahan di hati saya mulai hilang dan luka karena peristiwa itu juga mulai hilang. Hanya Tuhan yang mampu melakukan hal seperti ini.”
Pria tersebut di kenai hukuman maksimal 30 tahun atas perbuatannya kepada Emily. Namun pertanyaan Emily, “Apakah kamu bekerja untuk setan?” dan lagu Amazing Grace yang dinyanyikan Emily terus terngiang-ngiang di telinga pria itu. Dua tahun kemudian, pria itu meminta ampun atas dosa-dosanya dan diperbaharui hidupnya oleh Tuhan. Emily mengetahui ini melalui seorang reporter berita yang meliput tentang tahanan dalam penjara.
“Dia memberi hatinya pada Tuhan dan meminta Yesus sebagai juru selamatnya. Dan sekarang dia sudah menjadi pembimbing bagi para narapidana lainnya di penjara. Saat saya mendengar berita itu dari reporter tersebut melalui telephone, saya melompat-lompat kegirangan di dapur saya. Saya merasa sangat sukacita mengetahui bahwa doa saya telah dijawab oleh Tuhan.”
“Pengampunan tidak hanya akan memerdekakan kita, memerdekakan orang lain. Tapi juga memberikan ijin bagi Tuhan untuk bekerja dalam hati orang yang menerima pengampunan tersebut. Tuhan menolong saya untuk mengampuni daripada tetap mempertahankan kebencian saya pada orang itu. Itulah gambaran indah dari anugerah Tuhan dimana tak seorangpun tidak terjangkau oleh kasih dan anugerah-Nya, tidak peduli apapun yang telah mereka lalukan.” (Kisah ini ditayangkan 29 April 2011 dalam acara Solusi Life di O’Channel)
Sumber Kesaksian:
Emily Klotz