Dua bulan setelah pastor Rob Bell yang cukup terkenal merilis bukunya tentang surga dan neraka, hal ini terus mengundang perdebatan di kalangan Kristen.
Buku baru Bell, “Love Wins” menantang definisi Alkitab mengenai neraka dan siapa yang akan masuk ke sana. Buku ini membuat Bell mendapatkan sebuah tempat di daftar tahunan Majalah Time tentang orang yang paling berpengaruh di Amerika.
“Hal ini mengejutkan saya bahwa tidak ada suatu pemahaman yang luas akan kita sebagai murid Yesus. Dan dengan demikian, kita belajar dan kita bertumbuh,” ujar Bell.
Pendeta yang beranggotakan 10.000 jemaat dari Mars Hill Bible Church di Grand Rapids, Michigan, mengatakan kepada CBN News ia terkejut dengan semua kontroversi yang ada – meskipun fakta yang ada menunjukkan buku tersebut menantang keyakinan Kristen yang mendasar mengenai alam baka.
“Sebenarnya, neraka sagatlah mudah bagi saya untuk dipahami,” ujarnya kepada CBN News. “Saya melihat perkosaan, pelecehan, pembantaian di generasi kita. Kita telah melihat skandal keuangan. Saya sudah duduk bersama dengan mereka yang hampa karena kecanduan obat-obatan terlarang, dengan pandangan kosong di mata mereka.”
“Saya melihat neraka setiap saat di sekitar saya melalui segala macam pilihan merusak yang kita buat,” ujar Bell.
Definisi Bell mengenai neraka membawa kritik dari pelayanan populer seperti John Piper, yang langsung menulis dalam akun tweeternya, “Selamat tinggal Rob Bell”.
Pendeta lain berkata, “Tidak ada kasih dalam pemberitaan Injil yang palsu.”
Dr. Albert Mohler, presiden dari Southern Babtist Theological Seminary, mengatakan kepada CBN News bahwa Alkitab “menyajikan neraka sebagai dimensi penting dari penghakiman Allah.”
“Perkataan Alkitab mengenai neraka sangatlah jelas dan spektakuler, dan hal itu dimaksudkan untuk menjadi peringatan bagi kita,” ujarnya. “Kita tidak hanya sekedar melakukan pelayanan Injil – untuk hal itu, kita tidak melakukan kebaikan bagi mereka yang terhilang jika kita meminimalkan kenyataan dan kenyataan alkitabiah dari ancaman neraka.”
Dr. Vinson Synan, mantan dekan dari Regent University School of Divinity di Virginia Beach, juga memahami pandangan yang redup dari teologi Bell.
“Pertanyaan keadilan – orang-orang melakukan hal-hal yang mengerikan, dan jika mereka meninggal dan tidak diadili di bumi ini, maka harus ada keadilan di suatu tempat,” ujar beliau.
“Untuk mengatakan bahwa tidak ada surga maupun neraka berarti tdak ada arti dari eksistensi,” ujar Synan kepada CBN News. “Alkitab secara jelas mengajarkan bahwa ada neraka bagi mereka yang tidak berlaku benar yang meninggal dalam dosa dan tidak bertobat, dan ada surga bagi mereka yang benar untuk selamanya bersama-sama dengan Tuhan. Untuk hal ini, saya akan bergantung pada kebenaran Alkitab,” pungkasnya.
Dunia saat ini memang sedang melalui masa-masa akhir zaman. Pengajaran-pengajaran palsu dan menyesatkan akan terus bermunculan dan semakin banyak. Sebagai anak Tuhan, kita hanya dapat melakukan satu hal, terus bergantung pada Tuhan dan kebenaran Firman-Nya.
Source : cbn.com