Apa jadinya jika sebuah kampus teologia mengijinkan ustad untuk belajar agama? Kejadian ini benar terjadi. Sebuah sekolah teologi di Amerika Serikat mewujudkan toleransi dalam kegiatan kuliahnya. Kampus Kristen ini akan menerima calon mahasiswa yang ingin menjadi pemuka agama Yahudi yaitu Rabi dan pemuka agama Muslim, Ustad.
Apa yang menjadi penyebabnya? Hal ini terjadi lantaran sekolah bernama Claremont School of Theology ini menerima donasi USD40 juta atau setara dengan Rp 342 miliar lebih. Sumbangan ini dari David Lincoln dan istrinya, Joan. Ini merupakan sumbangan terbesar yang pernah diterima sekolah teologi itu selama 126 tahun. Yang pertama, mereka merubah nama sekolah ini menjadi Claremont Lincoln University, salah satu penghormatan untuk pasangan ini.
Yang kedua, universitas baru ini akan menawarkan program antar gelar. Kampus ini akan fokus pada tiga unit. Mengajarkan Kristen dari berbagai denominasi, mengajarkan para calon rabi, dan juga para calon ustad. Dua unit baru ini akan berafiliasi dengan sekolah rabbi non denominasi, Academy for Jewish Religion di California, serta Pusat Islam California Selatan, sebuah masjid di Koreatown.
“Kami menekankan bahwa para mitra yang berpartisipasi harus tetap mempertahankan merek mereka. Kami tidak mencampur atau menggabungkan. Kami hanya mencari pemahaman, rasa hormat, dan kemungkinan kolaborasi,” jelas Rektor Claremont Lincoln of University, Jerry Campbell. Kemungkinan kampus ini juga akan mengajarkan calon pemuka agama Buddha, Hindu, dan agama lainnya di masa depan.
Sang penyandang dana, David Lincoln dan istrinya punya alasan tersendiri dalam menyetujui solusi antar agama ini. Menurut pengurus yayasan sekolah teologi sejak tahun 2003 ini, metode pendidikan yang seperti ini akan menghasilkan toleransi. “Kami percaya hasil dari pendidikan semacam ini akan menghasilkan toleransi dan saling menghargai antaragama,” kata David Lincoln. Semoga apa yang diharapkan terjadi bahwa toleransi antar umat beragama semakin tinggi.
Source : okezone/lh3