Umat Kristen memuji sebuah partai keagamaan di Pakistan karena mengubah keputusannya untuk tetap membiarkan beredarnya Alkitab di dalam masyarakat Pakistan sendiri. Julius Salik, penyelenggara World Minorities Alliance, sangat menghargai pernyataan yang penuh solidaritas dari partai itu.
“Ini merupakan langkah terpuji dari seorang ulama yang paham kebenaran ajaran Muslim. Menemukan orang yang berkarya bagi kerukunan agama itu sulit,” kata mantan menteri federal yang tinggal di Islamabad itu dalam siaran pers pada Selasa (14/6).
Reaksi positif bermunculan setelah Maulana Sami Ul Haq, pemimpin Jamiat Ulema-e-Islam, mengatakan kepada media bahwa dia mengecam seorang ulama yang menjadi tokoh partainya, karena menuntut agar Alkitab dilarang. “Kami percaya pada solidaritas keagamaan; saya tantang orang yang menuntut agar Alkitab dilarang itu. Semua muslim wajib menghormati kitab-kitab suci, tetapi ini juga berlaku untuk para pengikut agama-agama lain,” katanya.
Bulan lalu, para ulama meminta Mahkamah Agung untuk melarang Alkitab berdasarkan Undang-Undang Penghujatan Pakistan. Permintaan muncul sebagai reaksi atas aksi pembakaran Alquran di Amerika Serikat yang diselenggarakan oleh Pendeta Terry Jones.
Pastor Francis Nadeem, pelindung Dewan Nasional untuk Dialog Antaragama, mengatakan, keputusan partai itu tidak manfaatnya, bahkan merugikan kerukunan antaragama di Pakistan. “Larangan itu sendiri salah. Tidak ada seorangpun yang akan memperkarakan hal itu atau membawa kitab-kitab suci untuk diperkarakan di pengadilan. Yesus sendiri diakui dalam Al-Quran. Setiap aksi melawan Alkitab akan berhadapan dengan kekuatan mayoritas,” kata imam Kapusin tersebut.
Terkait dualisme wacana berpikir di partai keagamaan tersebut membuktikannya adanya ketidakseragaman didalam tubuh partai tersebut, bahkan cenderung mengikuti kepentingan kelompok yang diunggulkan.
Source : ucanews/DPT