Jakarta - Cuaca tidak menentu atau yang sering disebut ekstrem sering menimbulkan beberapa penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri dan virus. Karenanya, masyarakat diminta untuk tetap waspada.
Spesialis Penyakit Dalam, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Dr. Ari Fahrial Syam mengatakan diare bisa terjadi pada siapa saja dan berlangsungnya tiba-tiba.
Hampir setiap orang mengalami diare minimal satu kali dalam satu tahun. Bentuk feses orang yang mengalami diare juga bermacam-macam.
”Penyebab diare bermacam-macam bisa karena suatu infeksi yang disebabkan bakteri seperti oleh kuman E coli, Vibrio Cholera, Salmonela, Shigela, Kampilobakter, Aeromonas dan Yersinia," kata Dr Ari.
Menurut Ari, kasus-kasus diare, infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dan demam typhoid mendominasi kasus-kasus yang datang ke Poli Penyakit Dalam bahkan sampai perlu dirawat inap di akhir 2011 dan awal 2012.
"Ketiga penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi, baik virus (diare/ISPA) atau bakteri (demam typhoid/diare)," ungkapnya.
Dr Ari, kondisi cuaca yang tidak bersahabat, kadang panas, hujan gerimis atau hujan lebat dapat menyebabkan suhu lingkungan menjadi naik turun. Hal ini jelas akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang.
Cuaca yang tidak menentu juga membuat lingkungan menjadi kotor. Genangan air kotor karena hujan akan mengundang lalat dan kecoa untuk datang.
Lalat merupakan faktor utama penyebab penyakit berbagai penyakit infeksi. Selain itu, udara lembab di dalam rumah akibat cuaca yang relatif dingin menyebabkan jumlah kecoa.
"Saat ini memang baru ketiga penyakit infeksi tersebut yang teridentifikasi meningkat, tetapi dengan mulai banyak genangan air bersih akibat hujan juga dapat berpotensi meningkatnya nyamuk Aedes Aegypti, pembawa virus dengue dan juga akan menyebabkan peningkatan kasus DHF (Dengue Haemoragic Fever) beberapa minggu ke depan," lanjut Dr Ari.
Dr Ari menambahkan berbagai upaya seharusnya dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut. Dari sisi pemerintah, misalnya, terutama yang berada di ujung tombak yaitu Puskesmas harus melakukan penyuluhan terus menerus mengenai budaya hidup sehat, pengawasan rutin terhadap penjual makanan dan minuman terutama di sekolah-sekolah.
“Petugas Dinas Kebersihan juga harus bekerja ekstra ketat untuk membersihkan sampah-sampah dan mengangkut sampah-sampah ke tempat pembuangan akhir sampah," tegas praktisi kesehatan Universitas Indonesia ini.
Sementara itu, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes, Prof Dr. Tjandra Yoga Adhitama menjelaskan sedikitnya ada 10 penyakit yang harus di waspadai selama cuaca ekstrem, yaitu influenza, diare, desentri, penyakit kulit, cacingan, kencing tikus, chikungunya dan demam berdarah.
Di samping itu, lanjut Prof. Tjandra perlu pula diwaspadai penyakit tidak menular, seperti asma, rhinitis, dan perburukan penyakit kronik.
"Pada peralihan musim penghujan ke musim kemarau, perlu diwaspadai penyakit demam berdarah. Pada masa ini, populasi nyamuk demam berdarah meningkat karena banyaknya tempat perindukan," ujar Prof. Tjandra, dalam keterangan persnya yang diterima INILAH.COM.
Sebagai antisipasi datangnya musim penghujan, Kemenkes melakukan berbagai upaya, yaitu meningkatkan promosi kesehatan kepada masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), terutama dalam hal penggunaan air bersih.
Cuci tangan dengan air bersih dan sabun, penggunaan jamban sehat, pemberantasan jentik di rumah, sekolah, kantor, dan lingkungan sekitar.
Masyarakat juga diminta mengonsumsi buah dan sayur setiap hari, beraktivitas fisik setiap hari, membuang sampah pada tempatnya, tidak meludah sembarangan, serta penggunaan alat pelindung diri, misalnya memakai sepatu boot saat terjadi banjir untuk menghindari infeksi leptospira, dan memakai lotion anti nyamuk di wilayah endemis demam berdarah. [mor]