“Bapak, Ibu, terima kasih karena …”
Telah menanamkan dalam diriku kecintaan akan Firman Tuhan dan suatu kebiasaan awal membaca Alkitab setiap hari.
Telah memberanikan aku sebagai seorang anak untuk mengakui dosa-dosaku kepada kalian dan kepada Allah. Kalian telah mengajar aku untuk jangan tidur jika masih ada ganjalan di hati nuraniku. Itu membuat aku selalu ingin membereskan segalanya denganAllah sehingga aku terbebas dari rasa bersalah.
Telah mengajari aku untuk memiliki kemurnian, kekudusan dan ketulusan sehingga mampu menang terhadap segala roh kenajisan. Aku masih ingat hingga kini kalimat yang kalian ajarkan padaku tentang Tuan Galahad dan itu memberiku inspirasi:
My good sword carves the qasques of men;
My tough lance thrusteth sure.
My strength is as the strength of ten
Because my heart is pure
Telah menanamkan dalam hatiku kecintaan akan musik yang baik dan memagariku dari musik yang buruk sehingga aku dapat memiliki kemampuan untuk menentukan perbedaan di antara keduanya bagi diriku.
Telah melindungiku dari pengaruh yang merangsang seksualitasku sehingga aku dapat mendekati lawan jenisku dalam tatanan rohani dan karena itu nantinya dapat menikmati hubungan fisik saat pernikahan itu tiba. Kalian menunjukkan padaku bahwa jika rohku mengendalikan tubuhku, keduanya terjaga dengan baik, tetapi jika tubuhku yang memegang kendalinya, segala sukacita akan berlalu.
Telah menggunakan tongkat teguran pada tubuhku, bukan dalam hawa nafsu amarah. Jadi aku merasa dihajar sebagai seorang berdosa tetapi tak pernah ditolak sebagai seorang individu.
Telah menetapkan batasan-batasan perilaku penerimaan sehingga aku bisa merasa sakit karena mencoba mendustai kalian.
Telah menguatkan aku untuk mengenakan Kristus sebagai ganti pencarian jati diri secara gila-gilaan.
Telah menghormati hari Tuhan dengan penuh kesungguhan hati dan penuh sukacita sehingga hari Minggu – yaitu hari Ibadah – menjadi hari yang paling menggairahkan.
Telah begitu berhati-hati untuk menghindari sikap meremehkan orang lain sehingga aku mewarisi perasaan tidak suka bergunjing seumur hidupku.
Telah membuat aku menyukai kata-kata hikmat, literatur, dan puisi sehingga aku dapat memahami dengan lebih baik bagaimana Firman itu menjadi daging.
Telah rela meluangkan waktu bagi orang lain – dan tanpa keluhan – sehingga aku terdorong untuk melakukan hal seperti itu.
Telah rela menjadi miskin secara keuangan walaupun memiliki banyak, karena diwariskan kepadaku dalam bentuk “benih yang besar” tentang kebaikan dengan kesungguhan hati.
Telah berhati-hati untuk menghindari perdebatan atau perselisihan antara satu dengan yang lain sehingga aku menganggap itu suatu perilaku yang normal dalam setiap keluarga.
Telah menunjukkan ketaatan kepada Allah berdasarkan Alkitab, sehingga aku dapat melakukan ketaatan serupa dengan mudah seiring dengan pertumbuhan usiaku.
Telah memberikan perhatian secara fisik, bahkan ketika aku tidak tahu bahwa aku membutuhkannya.
Telah menjaga agar rumah bebas dari serangan media duniawi sehingga aku mampu mendengar pukulan drum yang tenang dan kuat dari Sang Drummer Agung.
Telah membuat hidup dalam iman Kristiani itu begitu menyenangkan sehingga mudah bagiku sebagai remaja untuk memilih Yesus di atas segala-galanya.
Telah menunjukkan sikap tulus penuh kesopanan sehingga aku bahkan tidak ingin memiliki sekeping uang yang bukan menjadi hakku.
Telah menjadi orang yang bisa dipercaya sehingga aku tidak dapat membayangkan bagaimana seseorang bisa mengucapkan dusta.
(familymore)