Peristiwa bom bunuh diri terulang lagi dan terjadi dua minggu setelah peristiwa bom bunuh diri pertama yang dilakukan oleh sekte Boko Haram dalam sebuah kebaktian dan menewaskan tiga jemaat. Kali ini penyerang bom bunuh diri menjadikan Gereja Katolik sebagai target serangan.
Seperti pada ledakan bom 26 Februari di luar tembok gereja ‘Gereja Kristus’ di Nigeria, petugas keamanan sepertinya memaksa tersangka yang merupakan kaum ekstrimis yang dicurigai mendekati Gereja Katolik St. Finbar di Rayfield, Jos untuk meledakkan bom mereka sebelum mobil yangditumpangi pelaku memasuki gereja tersebut.
Empat belas orang korban ledakan dilaporkan menerima perawatan di JOS University Teaching Hospital. Ledakan tersebut merusak atap gereja, jendela dan sebagian pagar yang mengelilingi kompleks gereja. Damian Babang (26), seorang jemaat di gereja itu, mengatakan kepada Compass bahwa ia baru saja menyelesaikan bacaan saat dia mendengar ledakan. "Hal selanjutnya yang saya lihat adalah langit-langit gereja runtuh dan menimpa jemaat serta teriakan orang yang berjuang untuk keluar dari gereja," katanya. "Banyak orang terluka dan banyak yang meninggal. Saya tidak bisa mengatakan berapa banyak yang meninggal atau terluka, tapi saya melihat banyak jenazah yang dikeluarkan , serta banyak orang terluka ". Babang, terlihat trauma saat ia berbicara di dalam gedung gereja, mengatakan ia tidak mengerti mengapa gereja-gereja menjadi sasaran teroris Muslim.
(ODI)