Di luar dugaan, penguasa Korea Utara mengundang puluhan wartawan asing untuk melihat negeri itu, termasuk melihat program roket luar angkasa yang dituding pihak Barat sebagai program senjata nuklir. Guna melawan kampanye Barat, wartawan dibawa dengan tiga bus melihat berbagai kondisi sosial ekonomi Korea Utara yang dikatakan sukses besar akibat pemerintahan Kim Il Sung, dan putranya, Kim Jong Il, yang meninggal dunia bulan Desember 2011.
Namun, sebagaimana dilaporkan kantor berita AP, Kamis (12/4/2012), para wartawan asing secara tidak sengaja dibawa melintasi jalan buruk dan kotor di tengah kota Pyongyang. Jalan praktis tidak beraspal dengan debu beterbangan. Bangunan apartemen yang usang. Terlihat penduduk lanjut usia yang renta di pinggir jalan.
Beberapa dari mereka yang berada di jalan ini mengenakan kantong kain buatan sendiri. Dua warga dengan kursi roda sedang menunggu bus di halte. Juga ada toko yang tanpa lampu, serta tepian jalan yang kotor dan jorok.
"Kayaknya jalannya keliru?" ujar seorang pejabat Korut Utara dengan pakaian seragam pemerintah yang menemani para wartawan. Dia segera meminta wartawan asing untuk tidak mengambil gambar soal kondisi kemiskinan Korut. Sebelumnya, pejabat itu selalu menjelaskan dan memuji keberhasilan yang telah dicapai dinasti Kim yang memerintah Korut sejak tahun 1948 itu.
Rupanya, tiga bus yang membawa wartawan asing ini keliru mengambil jalan yang seharusnya mereka lalui, jalan dengan penampilan mewah dan rapi guna menggambarkan Korut yang maju. Menyadari kekeliruan karena sudah berbelok ke jalan yang keliru dengan pemandangan Korut yang tertinggal dan miskin, pengemudi dari tiga bus penuh dengan wartawan asing itu segera berbelok ke sebuah jalan kecil dan kembali memasuki jalan yang sebenarnya.
Seketika muncul jalan yang relatif bersih, terang, penuh dengan pualam, gedung yang nyaris kosong, dengan pusat musik digital dan DVD. Kondisi yang relatif bertolak belakang dengan pemandangan menyedihkan yang sempat terungkap. "Itu pusat informasi musik Hana, tempat Kim Jong Il terakhir terlihat di depan umum sebelum meninggal dunia Desember lalu," ujar seorang pemandu turis kepada wartawan.
"Saya berharap rekan wartawan menyajikan laporan yang sungguh benar," ujar Ri Jinju dalam nada suara bergetar karena emosi. Pria dengan rambut kaku yang tersisir rapi itu menambahkan, "Artikel yang benar berkaitan bagaimana rakyat Korut kehilangan sang pemimpin Kim Jong Il, dan bagaimana kuatnya persatuan di antara rakyat dengan pemimpinnya. Bagaimana mereka begitu bersemangat menjalankan perintah para pemimpin untuk pembangunan negara yang besar, makmur, dan berkuasa".
Sangat sulit bagi orang asing apalagi wartawan asing untuk mengetahui keadaan sosial dan ekonomi Korut yang sesungguhnya. Soalnya, sulit untuk bisa melihat sendiri kondisi itu.
Wartawan AP menulis, mereka yang mengikuti tur media ini sudah diperingatkan bahwa polisi bisa menahan siapa pun yang meninggalkan media tur, atau yang pergi dari hotel ke tempat yang tak boleh untuk warga asing. Mereka yang melanggar jelas bisa diusir dari Korut.
(Kompas)