Duka Saat Pasangan Meninggal, Sisi Lain Dari Cinta

Duka adalah sisi lain dari cinta, jadi jika Anda bisa mencintai seseorang maka Anda harus siap untuk merasakan duka karena kehilangan dia. Rasa suka, sama seperti perasaan lainnya : normal, alami dan baik. Dalam kehidupan ini, setiap orang harus siap untuk menghadapi kematian orang dikasihinya.

Walau kematian adalah hal alami, namun respon setiap orang saat mengalami kedukaan berbeda-beda. Keterikatan emosional, membuat seorang istri atau suami seringkali sulit mengatasi rasa dukanya saat pasangannya meninggal dunia. Berikut adalah tahap-tahap yang umum dialami mereka yang berduka:

Tahap satu : shock, mati rasa, tidak percaya (biasanya dialami di hari pertama hingga ketiga)

Rasa tidak percaya saat mendengar kabar duka, atau bahkan menghadapi langsung kematian pasangan adalah hal yang alami terjadi. Proses penolakan ini adalah cara emosi kita bertahan sehingga bisa menghadapi tuntutan yang harus dilakukan seperti menghubungi keluarga, kerabat dan teman, menghubungi pendeta dan mempersiapkan penguburan dan lain-lain. Ini adalah tahap mati rasa.

Saat "mati rasa" telah selesai, normal bagi orang tersebut untuk menangis bahkan hingga ekspresi yang tidak terkendali. Menangis adalah ekspresi emosi yang alami bagi mereka yang berduka, jadi jangan memandangnya sebagai "kelemahan". Selain menangis, mereka yang berduka bisa berekspresi kebalikannya yaitu marah. Dia bisa marah kepada pasangannya yang meninggalkan dirinya, hingga marah kepada Tuhan. Ijinkan emosi itu tersalurkan, karena hal tersebut penting untuk menjaga kesehatan emosi Anda.

Tahap dua : Rasa rindu yang menyakitkan dan tinggal dalam kenangan serta bayangan masa lalu (berlangsung sekitar satu bulan setelah kematian pasangan).

Kadang kita berpikir bahwa penguburan adalah tahap tersulit saat kehilangan orang yang kita kasihi. Namun sebenarnya yang terberat adalah minggu ke dua hingga minggu setelah penguburan, dan juga bulan-bulan di satu tahun pertama. Perasaan-perasaan seperti  kerinduan yang menyiksa, kenangan masa lalu, sedih, merasa pasangan ada di rumah, bicara sendiri, mudah marah dan juga terkadang mengalami masalah kesehatan.

Disarankan untuk melalui masa-masa ini dengan bantuan konselor profesional, atau pelayanan pastoral yang dapat membantu mengatasi masalah emosional.

Tahap tiga : Resolusi dan kembali melanjutkan kehidupan (Mulai dari enam bulan hingga satu tahun setelah kematian)

Mulai memasuki bulan ke enam setelah kematian pasangan, biasanya kehidupan seseorang sudah mulai normal. Tahap tiga ini dimulai dengan menerima kenyataan bahwa pasangan telah meninggal dunia, turunnya tingkat depresi, dan mampu mengenang masa lalu dengan sudut pandang positif.

Jika pada masa-masa duku seseorang mempertanyakan dimanakah Tuhan pada saat seperti ini, maka jawabannya adalah Dia bersama-sama dengan kita dan mengerti apa yang kita alami. Dia bahkan mengerti semua pertanyaan yang muncul saat kita berduka, seperti :

Mengapa dia meninggal di usia yang sangat muda? Yesus menjawab, "Aku mengerti perasaanmu. Aku juga mati di usia 33 tahun.

Mengapa dia harus mengalami kematian yang menyakitkan? Yesus menjawab: "Aku merasakan penderitaannya. Aku dipukuli, dicambuk dan disalibkan."

Aku sangat merindukan dia. Yesus menjawab, "Aku mengerti kesedihanmu, Aku juga pernah meninggalkan sorga dan datang ke bumi ini."

Mengapa manusia tidak bisa hidup kekal? Jawab Yesus: "Aku mengerti masalahmu ini, karenanya aku mati di kayu salib, bangkit dan naik ke sorga agar setiap orang yang percaya kepada-Ku memperoleh kehidupan kekal."

Jadi, sekalipun kematian orang yang kita kasihi sangat berat untuk diterima, percayalah bahwa semua itu dalam kedaulatan Tuhan dan Anda tidak sendirian saat menghadapinya, karena Tuhan selalu bersama kita.
←   →

VISIT NOW

111

Visitor

Flag Counter
 

Copyright © 2009 by Cerita Langit