Kanhaiya membutuhkan waktu belasan tahun untuk membebaskan ibunya dari penjara. Anak muda asal Kanpur, India, berusia 19 tahun itu bekerja keras mengumpulkan uang tebusan.
Ibunya, Vijai Kumari, dipenjara sejak ia berada dalam kandungan. Kumari dipenjara atas tuduhan pembunuhan yang menurutnya tidak benar. Namun pembelaannya tak berhasil. Ia tetap dipenjara. Ia bisa keluar dengan tebusan 10.000 rupee (sekitar Rp1,7 juta dengan kurs saat ini). Karena ia tak punya uang dan keluarganya pun tak mau menolongnya, bahkan suaminya meninggalkannya, ia tak bisa segera keluar dari penjara.
Empat bulan setelah berada dalam penjara, Kumari melahirkan Kanhaiya. Pada awalnya ia merawatnya di dalam penjara. Beberapa tahun kemudian, barulah Kanhaiya dilepas dari penjara dan dibesarkan di beberapa panti asuhan. “Saya melepasnya ketika saya kira ia sudah cukup umur untuk hidup di luar. Itu hal yang sulit tetapi harus saya lakukan. Penjara bukan tempat bagi anak-anak,” katanya.
Kumari kemudian terus hidup di dalam penjara. Bahkan hukum pun melupakannya. Ia malah sudah mengira pada akhirnya akan meninggal di dalam penjara.
Sedangkan Kanhaiya tumbuh di luar penjara. Sampai akhirnya ia tahu bahwa untuk membebaskan ibunya, ia harus menebusnya dengan sejumlah uang. Saat usianya 18 tahun, ia bekerja di pabrik garmen dan mulai menabung. Setelah tabungannya cukup, ia mendengar ada seorang pengacara yang mungkin bisa membantunya. Kanhaiya kemudian berusaha menemuinya. Setelah bertemu, ia menceritakan kasus ibunya. Pengacara itu sangat terkejut mendengar kasus itu, dan segera menangani kasus Kumari. Sampai akhirnya Kumari bisa dibebaskan.
“Sekarang saya hanya ingin hidup bersama anak saya,” kata Kumari. “Dialah satu-satunya yang saya miliki di dunia,” katanya. Kumari bebas setelah 19 tahun dipenjara dan dibebaskan oleh anaknya yang lahir di penjara.