Ratusan anggota komunitas Samaria bersama-sama dengan para tamu
(orang Israel maupun Palestina) berkumpul di Gunung Gerizim dekat
Nablus, pada Sabtu malam (2/5), untuk merayakan hari raya Paskah.
Mereka yang hadir mengenakan jubah putih tradisional dengan penutup
kepala merah. Mereka mendengarkan Imam orang Samaria membaca perintah
Allah yang berisi permintaan kepada bangsa Israel untuk mempersembahkan
korban. Dan setelah perintah tersebut dibacakan, 50 ekor domba pun
dijadikan korban, satu untuk mewakili setiap keluarga.
Menurut ynetnews.com yang melaporkan peristiwa ini, kelompok
etnoreligius Samaria menyandang nama itu ketika anggotanya diasingkan
ke daerah Samaria oleh Raja Asyur, Sanherib, di hari-hari terakhir era
Bait Allah yang pertama, yang dibangun oleh Raja Salomo. Menurut tradisi
Samaria, upacara pengorbanan semacam ini telah dilakukan oleh nenek
moyang mereka dalam 3.600 tahun terakhir.
Domba yang disembelih dikuliti setelah dikorbankan, dengan membuang
bagian-bagian yang terlarang untuk dikonsumsi. Korban itu kemudian
dibakar di atas api mezbah. Kemudian, daging domba yang ditusuk dan
dimasak dalam oven di atas tanah. Ketika daging panggang itu sudah
matang, setiap keluarga berkumpul di rumah mereka masing-masingi untuk
melakukan mitzvah makan korban Paskah.
Komunitas Samaria di Israel terdiri dari sekitar 800 anggota.
Setengah dari mereka hidup di Gunung Gerizim dan setengah lainnya di
Holon, di pinggiran Tel Aviv.
Orang-orang Samaria menganut Samaritanisme, agama Abraham yang
memiliki hubungan dekat dengan Yudaisme. Mereka hanya mematuhi apa yang
tertulis dalam Alkitab, dan menganggap ibadah mereka lah agama yang
benar yang diwariskan oleh bangsa Israel kuno.
Kepala Dewan Daerah Samaria, Gershon Mesika, menghadiri upacara tersebut.
"Kami bisa menunjukkan rasa hormat kami kepada kelompok Samaria,
yang merupakan bagian dari Negara Israel," katanya. "Selama
bertahun-tahun kami sudah bekerja sama penuh antara Samaria dan dewan
daerah. Baik pada hari biasa, hari perayaan dan hari berkabung."
Di kalangan umat Kristen sebutan Orang Samaria sangat populer lewat perumpamaan yang diceritakan Yesus tentang orang Samaria yang baik hati. Kaum Samaria yang dalam tradisi Yahudi dikenal bukan masyarakat terpandang dan kerap juga dicap tidak saleh, dalam perumpaan yang dikisahkan Yesus justru menunjukkan belas kasih tatkala melihat ada orang yang terluka di pinggir jalan. Ia menolongnya bahkan membawanya ke rumah penginapan serta menitipkan uang kepada pemilik penginapan itu agar merawat korban sampai sembuh.
Di kalangan umat Kristen sebutan Orang Samaria sangat populer lewat perumpamaan yang diceritakan Yesus tentang orang Samaria yang baik hati. Kaum Samaria yang dalam tradisi Yahudi dikenal bukan masyarakat terpandang dan kerap juga dicap tidak saleh, dalam perumpaan yang dikisahkan Yesus justru menunjukkan belas kasih tatkala melihat ada orang yang terluka di pinggir jalan. Ia menolongnya bahkan membawanya ke rumah penginapan serta menitipkan uang kepada pemilik penginapan itu agar merawat korban sampai sembuh.
Dalam perumpamaan itu, orang Samaria dikontraskan dengan orang Lewi
yang justru dalam ritual ibadah selalu menjadi panutan dan didengarkan.
Tetapi dalam perumpamaan Yesus, orang Lewi tersebut terkesan tidak
memiliki belas kasih, karena ia melewati begitu saja korban yang jatuh
di tengah jalan, dan tidak menolongnya.
(Satuharapan.com)