Telur dan Paskah telah menjadi sinonim yang begitu melekat. Sehingga tak heran jika Anda sering mendengar “Telur Paskah” terutama di bulan-bulan Paskah seperti saat ini.
Telur merupakan paket yang sempurna dari alam. Sepanjang rentang sejarah, telur telah mewakili misteri, sihir, obat-obatan, makanan dan pertanda. Telur menjadi simbol yang universal dari perayaan Paskah di seluruh dunia. Sebagai simbol khusus dari perayaan ini, telur ada yang dicelup, diwarnai, dihias dan diperindah.
Sebelum telur identik dengan Paskah Kristen, telur juga dipergunakan di berbagai ritual festival musim semi. Bangsa Romawi, Galia, Cina, Mesir dan Persia, semua menggunakan telur sebagai simbol alam semesta. Dari zaman dahulu telur telah dicelup, sebagai bahan pertukaran dan menunjukkan penghormatan.
Pada zaman Pagan, telur mewakili kelahiran kembali dari bumi. Musim dingin yang panjang dan masa sulit telah berlalu; bumi kembali bersemi dan dilahirkan kembali bagaikan telur ajaib yang meledakkan kehidupan. Oleh karena itu telur dipercaya memiliki kekuatan khusus. Kekuatan itu terkubur di dalam cangkang untuk menangkal kejahatan; wanita muda Romawi yang sedang hamil juga membawa telur untuk menentukan jenis kelamin anak mereka yang belum lahir; pengantin Prancis melangkahi telur sebelum melintasi ambang rumah baru mereka.
Dengan munculnya Kekristenan, simbolisme telur pun berubah. Telur tidak lagi mewakili kelahiran kembali dari alam melainkan kelahiran kembali dari manusia. Orang Kristen menggunakan simbol telur dengan menyamakannya sebagai makam dimana Kristus bangkit.
Legenda cerita rakyat Polandia kuno dicampur dengan keyakinan Kristen semakin mengokohkan telur dengan perayaan Paskah. Terdapat sebuah legenda mengenai Perawan Maria yang memberikan telur kepada para prajurit yang ada di kayu salib. Maria memohon agar para prajurit tidak bertindak terlalu kejam kepada Yesus dan ia menangis. Air mata Maria jatuh ke atas telur dan mereka melihat air mata itu sebagai titik-titik air dengan warna yang cemerlang.
Legenda Polandia lainnya menceritakan ketika Maria Magdalena yang pergi ke makam Yesus untuk mengurapi tubuh-Nya. Ia membawa keranjang telur yang dipakainya untuk melayani sebagai suatu jamuan. Ketika ia tiba di makam Yesus dan membuka keranjangnya, ia menemukan telur-telur itu secara ajaib telah berubah warna menjadi warna-warni pelangi yang indah.
Menghias dan mewarnai telur saat Paskah merupakan kebiasaan di Inggris selama abad pertengahan. Anggaran rumah tangga dari Raja Edward I di tahun 1290, mencatat pengeluaran delapan belas pence untuk empat ratus lima puluh telur yang diwarnai dan diberi daun emas sebagai hadiah Paskah.
Hiasan telur Paskah yang paling terkenal dibuat oleh tukang emas yang sangat terkenal, Peter Carl Faberge. Di tahun 1883 tsar Rusia, Alexander, menugaskan Faberge untuk membuat hadiah Paskah spesial bagi istrinya, Ratu Marie.
Telur pertama Faberge merupakan telur di dalam telur. Telur itu berupa cangkang platinum dengan enamel putih yang dapat dibuka dan di dalamnya tersimpan telur emas yang lebih kecil. Telur yang lebih kecil pada gilirannya dibuka dan menampilkan ayam emas dan replika permata dari mahkota imperial.
Telur spesial Faberge ini begitu menyenangkan sang ratu dan Tsar segera memerintahkan Faberge untuk merancang telur itu lebih lanjut untuk diberikan setiap Paskah. Bertahun-tahun klemudian Nicholas II yang juga merupakan putra dari Alexander, meneruskan kebiasaan itu. Secara keseluruhan ada lima puluih tujuh telur yang dibuat oleh Faberge.
Desainer telur hias percaya pada simbolisme telur dan mereka menghiasi telur dengan dekorasi seni yang luar biasa. Beberapa menggunakan bunga dan daun dari kartu ucapan, malaikat kecil, permata dan kain yang elegan, manik-manik dan trim, untuk menghiasi telur. Telur-telur itu dipisahkan, diberi engsel dengan hati-hati dan direkatkan dengan epoxy dan semen yang transparan, dan setelah selesai, telur-telur itu akhirnya ditutupi dengan resin yang mengkilap. Meskipun pertanda dan misteri telur telah menghilang di zaman ini, namun simbolismenya tetap bertahan, dan para seniman meneruskan tradisi dunia lama untuk menghiasi telur.
Pada dasarnya Paskah bukan tentang telur hias yang indah dan menarik serta melambangkan awal kehidupan dan kelahiran baru dari manusia, namun bagaimana kita sebagai orang percaya dapat memaknai Paskah dengan kematian Yesus di kayu salib untuk menebus dosa setiap kita dan kebangkitan-Nya mengalahkan maut yang membuat dosa dan maut tak lagi berkuasa atas-Nya. Dan sebagai anak-anak Tuhan, kita pun memiliki kuasa yang sama untuk menang atas dosa dan kematian yang kekal.
Source : sendokgarpu.com