Aksi pembakaran kitab suci Muslim yang dilakukan oleh pastor Wayne Sapp dibawah pengawasan pendeta Terry Jones pada 20 Maret di Florida, Amerika Serikat lalu jelas mengundang kecaman dari beberapa pihak, tidak ketinggalan umat Kristen Pakistan pun turun ke jalan memprotes kejadian tersebut sebagai sebuah perbuatan keji yang menistakan kepercayaan seseorang.
Ulama-ulama Muslim Pakistan pun menyatakan sangat menghargai orang Kristen setempat karena turut melakukan protes menentang pembakaran Alquran di Amerika Serikat. Menurut Majelis Ulama Pakistan pembakaran itu dilakukan hanyalah menciptakan ketegangan antara kaum Muslim dan umat Kristen.
“Tidak ada Muslim yang melecehkan atau memberikan komentar yang menghina Yesus, Musa, Yakub, Yusuf, dan nabi lainnya. Amerika Serikat dan Paus sebaiknya mengambil tindakan terhadap pendeta tersebut. Berbagai protes dari masyarakat Kristen di Pakistan juga berhasil menenangkan emosi umat Muslim. Untuk itu kami sangat berterima kasih,” demikian pernyataan Majelis Ulama Pakistan.
Setelah aksi pembakaran kitab suci itu, kelompok minoritas mengalami ketegangan selama sepekan. Sembilan anggota Punjab Assembly mengenakan ikat lengan berwarna hitam pada 25 Maret, sebagai tanda keterlibatan mereka dalam “hari protes” (protest day) di seluruh Pakistan. Pada hari yang sama, dalam Konferensi Karachi, para pemimpin Gereja membantah desas-desus di berbagai saluran berita bahwa para ulama Islam telah membakar Alkitab di Quetta, Propinsi Balochistan.
Julius Salik, mantan menteri federal untuk pengembangan masyarakat, melakukan “Ash Day” (hari abu) khusus pada 24 Maret sebagai protes terhadap pembakaran kitab suci. Mengenakan kain karung, Salik menaburkan abu di kepalanya selama tiga jam sambil dan berpuasa bagi perdamaian di wilayahnya di Islamabad, ibukota Pakistan.
Source : Berbagai Sumber/DPT