Menurut statistik American Academy of Psichology dalam hal pernikahan dan perceraian, wanita cenderung menjadi inisiator pengajuan perceraian. Pada kenyataannya, pria seringkali bertanya-tanya dengan bingung mengapa 68% persen dari perceraian yang terjadi pertama kali diajukan oleh wanita. Bukan saja karena wanita tidak lebih bahagia dalam hubungan mereka dibandingkan pria – namun sepertinya wanita menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menderita sebelum akhirnya memutuskan untuk bercerai. Konselor pernikahan memperingatkan komunikasi di dalam sebuah pernikahan merupakan suatuh hal yang mutlak diperlukan jika Anda ingin agar pernikahan Anda berlangsung selamanya. Statistik seperti ini tampaknya menunjukkan wanita lebih banyak mengajukan pembatalan pernikahan dan menyuarakan pendapat mereka kepada pasangan mereka.
Sebelum semua itu terjadi, tetap saja terdapat tanda-tanda bahwa pernikahan Anda sebenarnya telah berakhir (atau setidaknya sedang berada di ambang perceraian). Dan Anda tidak harus menjadi seorang pembaca pikiran untuk mengetahui kapan sesuatu yang buruk terjadi. Menyadari tanda-tanda awal dan sangat jelas yang menunjukkan pernikahan Anda sedang bermasalah dapat membantu Anda untuk menyelamatkan pernikahan Anda tepat pada waktunya. Berikut adalah 10 tanda bahwa Anda mungkin akan duduk berhadapan di meja pengacara untuk melakukan mediasi.
1. Anda tidak lagi memiliki ketertarikan yang sama. Meskipun normal bagi pasangan untuk mencari hasrat pribadi dan berekspresi – ada saatnya ketika pasangan terpisah terlalu jauh dan terlihat terlalu jelas. Seringkali, pasangan mulai berhenti untuk melakukan sesuatu bersama dan lebih banyak menghabiskan waktu secara terpisah daripada bersama. Psikolog menyebut atribut ini sebagai tanda lahiriah dari perceraia dimana individu mencari kepuasan dan kebahagiaan di luar KARENA mereka tidak mampu menemukan kualitas kepuasan dan kebahagiaan itu di dalam pernikahan.
2. Perilaku kritis yang berlebihan . Hubungan bermula dari pasangan yang saling mengasihi dan menerima kesalahan satu sama lain. Mungkin bahkan terlalu berlebihan dalam hal itu. Sejalan dengan waktu kualitas pernikahan menurun dan pasangan mulai saling mencari dan menunjuk kesalahan. Mekanisme perilaku ini memungkinkan pasangan membenarkan perasaan tidak terhubung mereka dan tidak lagi ingin bersama. Jika Anda merasa sepertinya Anda tidak dapat melakukan segala sesuatu dengan benar di mata pasangan Anda, kemungkinan Anda dan pasangan sedang membangun sebuah kasus untuk bercerai.
3. Rahasia dan kebohongan. Ingat ketika Anda terbiasa untuk saling berbagi apapun yang Anda ketahui, pasangan yang tidak lagi terhubung satu sama lain mulai menyimpan rahasia dan secara sadar tidak berbagi informasi.
4. Menghindar. Beberapa orang mungkin mengatakan mereka ingin menghindari konfrontasi atau argumen. Namun, ada satu titik dalam setiap pernikahan yang sedang berakhir dimana pertengkaran tidak lagi layak untuk dilakukan. Ini terjadi ketika pasangan mulai menghindari percakapan satu sama lain dan menyibukkan diri mereka dengan hal lain maupun dengan orang lain hanya agar TIDAK saling berbicara satu sama lain. Kesibukan yang seringkali dilakukan untuk menghindari pasangannya adalah dengan menonton televisi, atau mengalihkan diri pada anak-anak.
5. Tidak pernah menemukan penyelesaian. Sekitar 75% pasangan yang bermasalah memiliki satu masalah pelik yang tak pernah dapat diselesaikan. Mereka mulai mempertengkarkan hal ini satu sama lain dan memperdebatkan masalah ini. Jika mereka memiliki perselisihan atas hal lain, masalah ini pasti muncul. Ketika masalah terus berkepanjangan dan tidak menemukan penyelesaian, seringkali mereka membuat pernyataan yang berani mengenai bagaimana perasaan mereka akan pernikahan yang sedang mereka jalani.
6. Kurangnya seks dan keintiman. Sangatlah normal bagi pasangan untuk mengalami penurunan keintiman sejalan dengan waktu. Namun, jika sudah terjadi selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun semenjak terakhir kali berhubungan intim, Anda dapat melihat hal ini sebagai tanda adanya masalah. Bahkan dalam pernikahan yang goyah, keintiman seksual dapat menunjukkan masih adanya keinginan untuk mempertahankan pernikahan. Ketika pasangan memulai sebuah pola untuk tidak lagi mengalami keintiman dan bahagia dengan hal itu – hal ini bisa dijadikan tanda bahwa pernikahan Anda telah berakhir.
7. Masalah uang. Para ahli menemukan lebih dari setengah pasangan memperdebatkan masalah uang. Uang mungkin bukan topik utamanya, namun dapat menjadi masalah yang berhubungan dangan individualitas, kontrol dan otonomi di dalam hubungan.
8. Kurangnya perawatan diri. Ketika pasangan Anda sepertinya tidak lagi tertarik untuk menjaga dirinya sendiri, setidaknya ketika ANDA sedang berada di sekitarnya – hal ini merupakan sebuah tanda pasti bahwa pernikahan mungkin akan berakhir. Kebersihan diri dan perawatan diri seringkali menjadi bagian penting dari sebuah hubungan dan ketika menghentikan kebiasaan ini, tanpa sadar Anda sedang ‘mematikan’ hasrat pasangan Anda.
9. Kurangnya rasa hormat. Saling menghormati satu sama lain dalam pernikahan sangatlah penting untuk keberlangsungan pernikahan. Ketika Anda atau pasangan Anda mengabaikan hal ini, baik melalui tindakan terselubung seperti tidak berkomunikasi; atau hal yang jelas seperti melakukan hal-hal yang Anda tahu persis pasangan Anda tidak menyukainya – Anda dapat menganggapnya bahwa mereka memang sedang menetapkan panggung untuk perceraian. Dalam aspek ini, pasangan seringkali merasa bersalah akan akhir dari pernikahan dan secara kekanak-kanakan berharap akan membuat pasangannya marah sehingga mereka akan menciptakan perceraiannya sendiri.
10. Berselingkuh. Perselingkuhan tidak selalu mengarah pada perceraian. Bagaimanapun juga, banyak pernikahan yang pulih dari perselingkuhan. Perselingkuhan memiliki dampak yang sangat besar karena dapat menghambat kualitas pernikahan dan kebahagiaan pasangan. Beberapa pasangan mengeksplorasi kenapa perselingkuhan itu sampai terjadi – dan menggunakan tindakan ini sebagai seruan akhir untuk mengambil tindakan bercerai.
Perubahan dalam perilaku dan tindakan terhadap satu sama lain dapat terjadi secara halus. Pada awalnya, banyak pria dan wanita tidak ingin mengeksplorasi perasaan mereka atau mendiskusikan masalah maupun mencai bantuan konseling karena mereka memiliki keinginan di dalam hati mereka untuk membuat pernikahan mereka terlihat sempurna di luar. Bertahun-tahun kemudian, ‘kebohongan’ ini menjadi hal yang tidak dapat lagi ditoleransi. Namun, tekanan sosial dan kekuatiran bahwa perceraian itu berati Anda adalah seorang yang gagal membuat banyak pasangan secara sembunyi-sembunyi melakukan tindakan perceraian, sehingga mereka dapat mengurangi rasa bersalah mereka. Namun, jika Anda melihat tanda-tanda bahwa pernikahan Anda telah berakhir dan menganggapnya sebagai seruan untuk mengambil tindakan dalam mengembangkan dan memperkuat komunikasi – pernikahan tersebut akan dapat bertahan dan akan menjadi lebih baik dari yang pernah ada.
Source : professorshouse.com