Salah satu alasan mengapa kita percaya Alkitab itu Firman Allah adalah memperhatikan bagaimana caranya Alkitab menjadi sebuah buku seperti sekarang. Semuanya adalah melalui suatu proses sangat panjang yang penuh keajaiban.
Alkitab terdiri dari 66 buku. Tetapi apakah Anda tahu tentang 40 pengarang berbeda-beda yang telah menulisnya? Mereka menulis sendiri-sendiri, hampir-hampir tidak mengetahui bagian yang ditulis orang lain. Selanjutnya, Alkitab ditulis dalam kurun waktu 15 abad, dalam 3 bahasa, dan 3 benua yang berlainan. Namun demikian, sementara kita menyelidiki Kitab itu sekarang, Kitab itu hanya satu saja, bukan enam puluh enam. Inti pengajarannya hanya satu, isinya saling berpautan, berkembang menjadi satu kebenaran.
Untuk melihat pentingnya argumentasi ini, marilah kita ambil satu contoh. Misalnya, Anda sedang berusaha membuat satu buku yang terdiri dari bermacam-macam buku kesusastraan yang ditulis sejak abad pertama, pada masa agama Kristen baru berkembang. Ambillah bahan-bahan Anda dari: tulisan-tulisan papirus kuno, karya-karya pujangga Mesir kuno, karangan-karangan para ahli filsafat, buku-buku tentang kebijaksanaan kuno dari Timur atau buku apa saja yang Anda pilih. Dari setiap abad, ambillah beberapa jenis buku. Pilihlah bahan-bahan yang mewakili golongan dari pelbagai lapisan masyarakat: pedagang, buruh, pendeta, dan petani. Kumpulkan semuanya dan jilidlah menjadi satu buku. Sekarang, buku apa yang akan Anda peroleh? Bukankah itu suatu buku yang isinya sangat menggelikan, bertentangan, dan campur aduk?
Sebaliknya, Alkitab, walaupun cara penyusunannya sama, namun hasilnya sangat berbeda! Segala sesuatu tentang susunannya saling menunjang kesatuan Kitab itu. Tidak ada alasan mengapa Alkitab harus satu buku. Tetapi nyatanya memang demikian. Orang yang menyelidikinya dengan jujur tidak akan meragukannya, jika ia mau menyediakan waktu untuk menyelidikinya.
Para penulis Kitab Suci ini hampir-hampir tidak mempunyai kesamaan. Lihatlah pada kualifikasi mengarang mereka yang berbeda-beda. Sementara Musa mungkin seorang terpelajar, lulusan lembaga pendidikan yang terbaik di Mesir; Petrus sama sekali bukan seorang pengarang. Ia seorang nelayan, dan tidak ada catatan yang menunjukkan bahwa Petrus adalah seorang yang berpendidikan. Namun tulisan kedua orang itu penuh dengan hikmat Allah. Amos seorang gembala. Yosua adalah seorang jendral. Nehemia seorang juru minuman. Ada beberapa lagi, seperti: Perdana Menteri Daniel, Dokter Lukas, dan Raja Salomo, yang mungkin memiliki bakat alamiah untuk mengarang. Tetapi kebanyakan di antara mereka sama sekali tidak mempunyai bakat mengarang, namun secara sempurna orang-orang ini telah menggenapi tugasnya ikut ambil bagian dalam mengarang buku yang unik ini. Yang menjadi pertanyaan adalah, “Bagaimana mungkin?”
Hanya ada satu jawaban yang memuaskan. Dengan menggunakan kecakapan orang-orang ini, atau mengatasi ketidakmampuan mereka, Allah berbicara melalui mereka, dan menyebabkan mereka dapat menulis Kitab Suci itu sesuai dengan rencana-Nya yang ilahi.
Saya ingin Anda memperhatikan juga bahwa Alkitab itu ditulis pada waktu dan keadaan yang berbeda-beda. Musa menulis 5 buku pertama dari Perjanjian Lama (Pentateuk), ketika ia berada sendirian di padang gurun. Yeremia menulis dalam sebuah penjara bawah tanah yang lembab. Mazmur-mazmur indah dari Daud pasti ditulis di lereng bukit, sementara ia mengembalakan domba-dombanya; yang lainnya menulis pada waktu berperang. Paulus menulis banyak suratnya ketika ia dipenjarakan. Dokter Lukas kelihatannya menulis dalam semacam buku catatan harian. Yohanes, murid yang dikasihi Yesus, menulis di Pulau Patmos yang berbatu-batu.
Walaupun demikian, asal-mula yang berbeda-beda ini kelihatannya tidak membuat perbedaan sedikit pun pada berita-berita yang dituliskan. Setiap bagian sesuai pada tempatnya. Setiap bagian memberi sokongan pada keharmonisan Kitab ini secara keseluruhan.
Waktu-waktunya juga berbeda-beda. Beberapa ditulis pada suasana berbahaya, beberapa ditulis dalam keadaan yang damai. Pada jaman Daud menulis, ada banyak peperangan. Salomo menulis pada pemerintahannya yang damai. Banyak nabi menulis dalam keadaan sedih dan putus asa. Tetapi tidak satu pun dari keadaan-keadaan ini yang mengurangi kesatuan dari Kitab ini. Hanya ada satu sistem doktrin, satu jalan keselamatan, dan satu hukum iman. Allah telah mengambil benang-benang waktu dan keadaan yang berbeda-beda itu, dan dengan cakap menenunnya menjadi sebuah permadani kebenaran demi pertumbuhan iman kita.
Dalam orkes simfoni kita tidak mempertanyakan bagaimana para pemain musik itu bermain dengan harmonis yang indah dan bukan dengan suara sumbang. Kita tahu betul, bahwa sebelum simponi itu terjadi, ada peranan penggubah lagu yang telah merancang setiap bagian dari musik itu dengan hati-hati dan penuh kecakapan. Demikian juga dengan Alkitab. Allah adalah Penggubah yang Maha Besar dari Kitab Suci ini. Di dalam kurunnya waktu, Ia telah menggubah suatu simponi yang agung. Setiap pengarang melakukan bagiannya sendiri-sendiri. Dan sementara masing-masing menulis buku-Nya, karya sastra yang agung sepanjang abad dihasilkan.
Saya ingin Anda mempertimbangkan juga bahwa Bangsa Yahudi itu bukanlah orang-orang yang suka mengarang. Proses pendidikan mereka terjadi hampir semata-mata secara lisan. Bahkan sekarang pun penekanan lebih diberikan pada hafalan. Namun dengan mengatasi semua kesulitan ini Allah telah membuat 39 buku dari Perjanjian Lama melalui pengarang Yahudi. Dan kemudian, pada jaman Perjanjian Baru, tidak ada seorangpun yang berani menambah atau mengurangi isi Perjanjian Lama. Tentu saja para murid pun tidak berani melakukan hal ini. Tetapi Roh Kudus bekerja lagi dalam orang-orang yang terpilih, dan walaupun mereka tidak biasa menulis, mereka menjadi penulis-penulis dalam kitab Perjanjian Baru. Sungguh benar bahwa jalan Tuhan bukanlah jalan manusia.
Kemudian terjadilah satu Kitab. Karangannya sama sekali tidak dapat diterangkan secara manusiawi. Sungguh suatu keajaiban karya sastra dalam proses pembuatannya. Tetapi apabila Anda ingat, bahwa hal ini dilakukan dalam perbuatan dan kebenaran firman Allah, maka segala hal yang aneh dan segala pertentangan, hilang dengan sendirinya. (William W. Orr)
Sumber: "10 Alasan Mengapa Saya Percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah," Yayasan Kalam Hidup