Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya." Dan jadilah demikian. Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam. (Kejadian 1:27-31)
Pada satu waktu, Tuhan menciptakan Adam dan Hawa. Tuhan menghadirkan keberadaan mereka untuk saling menikmati satu sama lain melalui hubungan yang penuh dengan kepercayaan dan kesetiaan yang disebut “pernikahan”. Sebelum masalah yang berasal dari pilihan buruk datang, sebelum terjadi saling menyalahkan, sebelum melakukan kewajiban yang harus dilakukan setiap hari – bahkan sebelum hadirnya anak-anak – Adam dan Hawa saling memiliki satu sama lain bersama dengan Tuhan. Tim pernikahan mereka diciptakan untuk pelayanan. Mereka memiliki tugas untuk dikerjakan bersama. Tuhan memberikan kepada mereka dunia ini untuk dirawat, khususnya Taman Eden. Ketika Tuhan memandang kepada dua anak-Nya yang indah ini, tim yang merupakan rancangan Tuhan yang hidup ini bersama dengan tujuan yang diberikan-Nya dalam hubungan mereka, Tuhan berkata, “Semua itu sungguh amat baik.”
Sebelum tugas sehari-hari memasuki dan menguras pernikahan Anda, apakah Anda memiliki visi tujuan dalam hubungan Anda? Apakah itu? Apakah ada dorongan untuk meraih suatu tujuan dalam hubungan Anda hari-hari ini? Ketika kita berfokus pada panggilan Tuhan dalam pernikahan, kita akan menuai sejumlah manfaat.
Pertama, dengan berfokus pada panggilan Tuhan yang unik dalam pernikahan kita akan membuat kita memiliki hubungan yang berpusat pada Tuhan. Jika karir, anak-anak atau bahkan pasangan kita menjadi fokus dalam pernikahan kita, maka hubungan pernikahan kita akan kehilangan fokus kepada Tuhan. Sebagai pasangan kita akan diperbudak dengan hal-hal yang mengendalikan fokus kita; Kristus adalah satu-satunya pusat yang aman yang dapat kita pertahankan.
Kedua, ketika kita memiliki visi yang jelas dari panggilan Tuhan atas pernikahan kita, kita akan memiliki sesuatu yang melampaui fase dan tahap dalam kehidupan kita. Pernikahan mengharuskan kita memberi dan fleksibel dengan perubahan hidup. Pernikahan seringkali menghadapi saat-saat rentan saat dua menjadi tiga dan saat anak-anak pada akhirnya meninggalkan rumah. Stres karena perubahan ini dapat membuat pasangan kita menjauh.
Kita tidak perlu kehilangan fokus dalam hubungan ketika bayi lahir. Demikian juga kita tidak perlu kehilangan tujuan dalam pernikahan ketika anak-anak pada akhirnya meninggalkan rumah. Meskipun kita kehilangan pekerjaan, rumah maupun privasi (sebagai anak yang telah dewasa kita pergi dari rumah atau orangtua yang telah berumur tinggal bersama kita), panggilan kita dari Tuhan tetap tegak berdiri. Demikian juga dengan Tuhan kita.
Ketiga, ketika kita berpusat pada panggilan Tuhan dalam pernikahan kita, maka Tuhan akan selalu menjadi lebih besar daripada pasangan kita maupun masalah-masalah kita. Seorang istri bukanlah seorang yang sempurna, demikian juga suami, tak peduli seberapa besar rasa pemujaan kita akan satu sama lain. Bahkan saat kita merasa frustrasi akan sesuatu yang dikatakan atau dilakukan pasangan, kenyataannya adalah kita memiliki sebuah tujuan yang sama dari Tuhan. Kita tidak bisa membiarkan rasa sakit, gangguan atau kepahitan merampas bagian kita untuk memenuhi panggilan di dalam Tuhan.
Seringkali kita menikah karena ketertarikan fisik maupun minat yang sama dan hal itu menjadi perekat dalam hubungan kita. Tuhan sangat memiliki arti bagi kita anak-anak-Nya! Tuhan memiliki sebuah tujuan bagi kita yang melampaui daya tarik maupun minat apapun yang kita miliki. Panggilan-Nya bagi pernikahan Anda ditujukan untuk membawa kepuasan, keintiman dan warisan ilahi baik bagi suami maupun istri. Panggilan-Nya dalam pernikahan Anda juga berarti membantu Anda untuk bertumbuh semakin dekat kepada-Nya.
Bagaimana perasaan Anda terhadap tujuan dan penggilan dalam pernikahan Anda? Apakah Anda memiliki visi yang jelas dari pelayanan Anda kepada Tuhan? Apakah Anda perlu memfokuskan kembali semangat kemitraan Anda?
Saya mendorong Anda untuk meluangkan waktu memikirkan tujuan dalam pernikahan Anda dan menyaring hal-hal yang menghalangi Anda dari panggilan itu atau bahkan gangguan yang menjauhkan Anda dari panggilan pernikahan Anda yang sebenarnya. Beberapa pasangan menulis sebuah pernyataan misi bagi pernikahan mereka. Ada pasangan yang memilih beberapa ayat dari Alkitab untuk membangun dasar pernikahan dan pelayanan mereka. Pertimbangkan apa yang mungkin dapat membantu Anda untuk memperjelas panggilan Tuhan dalam pernikahan Anda. Panggilan itu terletak di hati Tuhan yang memiliki cetak biru dari pernikahan Anda.
Source : crosswalk.com