Orang terakhir yang dipanggil dari Aula Keadilan adalah Double Life. Dia mengetahui hokum-hukum Jalyn dan telah mengetahui bahwa penghakimannya tanpa belas kasihan. Dia akan mengetahui dengan segera betapa besar yang dia harus tanggung akibat pelanggarannya.
Double Life merasa pucat ketika dia dibawa masuk ke aula penghakiman dan harus dijaga oleh para penjaga untuk mendekati tahkta Jalyn.
Kehidupannya diputar kembali, dan dia juga mendengar kata-kata yang sangat menyedihkan bahwa namanya tidak ditemukan di dalam Buku Kehidupan.
Jalyn dengan tegas mengumumkan, “Double Life, engkau bersalah karena berkhianat, meninggalkan kebenaran, dan menjadi batu sandungan dan akan dibuang ke Tanah Suram, di mana engkau akan menerima penghukuman dan siksaan terbesar.”
Double Life mendengarkan dalam ketakutan dan berdalih, “Tuanku, tetapi saya adalah seorang guru di sekolah milkmu. Saya memberikan hidup saya bagimu.”
Jalyn menjawab, “Engkau memang adalah seorang guru, tetapi tidakkah kamu membaca di dalam buku yang kamu ajarkan? ‘Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru, sebab kita tahu bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukurannya yang lebih berat.’”
Double Life menjawab, “Bagaimana bisa saya telah menjadi suatu halangan?”
Inotasi Jalyn menjadi semakin keras. “Kamu menyebabkan banyak pengikut kecil saya tersandung dan jatuh. Faint Heart adalah salah satu contohnya. Dia dipercayakan ke dalam asuhanmu; aku memberikan kamu wewenang untuk menjaga dia, bukan untuk menggunakan dia untuk keuntungan kamu sendiri. Kamu menggunakan pengaruh kamu untuk memuaskan nafsu kamu dan mencabuli dia dan yang lainnya. Seorang saudari telah melukai dia, dan kamu, yang seharusnya membawa kesembuhan, telah mengambil keuntungan dari dia. Kamu menghancurkan imannya. Dia telah dibuang ke Tanah Suram. Tentunya kamu juga ingat peringatan yang telah aku berikan, ‘Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu dibuang ke dalam laut.’”
Double Life berdalih, “Tetapi tuanku, Jalyn, saya tahu kalau saya akan dibuang ke Tanah Suram, tetapi kenapa saya harus menerima siksaan yang terhebat? Mengapa engkau begitu keras terhadap saya? Saya adalah salah satu hambamu yang merupakan salah seorang yang percaya. Saya tidak seperti Independent, yang tidak mau berurusan dengan engkau. Mengapa?”
Jalyn masih tegas dan keras, “Kamu mengetahui dan mengajarkan perkataanku. Mengapa kamu menanyakan ini padaku? Aku akan mengingatkan kamu sehingga kamu mungkin ingat pada perkataan ini. Perkataan itu mengatakan dengan jelas: ‘Akan tetapi, jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan,….maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia. Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa yang tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.”
Jalyn melanjutkan,”Independent jauh lebih tidak sadar akan kejahatannya, tetapi kamu memiliki kesadaran dan pengetahuan. Hukumannya, meskipun berat, akan lebih ringan dibandingkan dengan hukumanmu. Bagi kamu, telah tersedia tempat di dunia kekelaman untuk selama-lamanya.”
Jalyn kemudian memerintahkan Kepala Penjaga, “Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’ Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.”
Saat Kepala Penjaga mendekat, Double Life mengucapkan kata-kata makian kepada Jalyn, para penjaga dan warga Affabel. Dia menjadi brutal dan bahkan mencoba membebaskan diri untuk menyerang Jalyn. Sifat aslinya tersingkap sepenuhnya. Setiap kebaikan yang ada di dalam dirinya telah tertelan oleh sifatnya yang mendua hati.
Tangan dan kakinya diikat dan dibawa keluar sambil mengutuk dengan segala cara. Dia bergabung dengan seribu lima ratus orang lainnya yang dengan segera diangkut menuju ke Tanah Suram.
Begitu Double Life keluar dari ruangan, Chief Scribe menutup bukunya dan berteriak: “Adil Engkau, …mereka layak mendapatkannya!’ Dan aku mendengar mezbah itu berkata: …, ‘benar dan adil segala penghakimanMu!’ ”