Seribu lima ratus Endelites yang dihukum dan dikurung dibawa oleh Penjaga Kerajaan dalam perjalanan selama dua minggu ke Tanah Suram. Perjalanan ini membawa mereka masuk ke Padang Gurun Api, di mana panas yang keluar dari bumi yang terpanggang sangat tak tertahankan, sebuah bangunan luas dan bisa diramalkan tampak samara-samar dari kejauhan. Saat mereka mendekat, mereka bisa membaca tandanya: “Tanah Suram yang Ditinggalkan.”
Setelah dilihat lebih dekat lagi, mereka menyadari bahwa bangunan besar itu tidak memiliki jendela atau bukaan, hanya sebuah pintu besar di dasarnya. Ketika melewati tersebut, setiap mereka mendengar apa yang tampak seperti ribuan teriakan yang berasal dari dalam. Dalam hitungan detik mereka dapat mendengar permohonan yang ditujukan kepada Kepala Penjaga, yang berasal dari mereka yang ditahan di dekat pintu masuk, “Bukankah ini sudah cukup lama? Tolong mintakan belas kasihan untuk kami. Hukuman kami terlalu besar untuk dapat ditanggung!”
“Berapa lama mereka telah berada di tempat ini?” Independent bertanya kepada seorang penjaga.
“Waktu mereka berkisar dari satu tahun hingga seratus dua puluh sembilan tahun. “
Deceived sangat terkejut. Bagaimanapun juga dia berharap bahwa pengalaman selama dua minggu ini hanyalah suatu mimpi buruk saja. Dia bertanya kepada penjaga yang sama, “ Apakah ini benar-benar tempat dimana saya akan menghabiskan sisa hidup saya? “
“Ya, tempat inilah yang telah diperingatkan kepadamu sewaktu di Endel. “
Mereka yang tercatat untuk mendapatkan penghukuman yang lebih berat ditempatkan lebih tinggi dalam sebuah gedung yang terbuat dari baja ini, di mana terdapat rasa panas terhebat. Mereka yang tidak mengetahui kebenaran tetapi masih tetap melakukan perbuatan yang layak untuk diganjar ditempatkan di sebuah gedung baja yang lebih rendah. Meskipun demikian, tempat ini pun panasnya tidak tertahankan bahkan untuk satu hari saja, apalagi untuk jangka waktu lebih dari seratus tahun!
Penderitaan Double Life untuk tempat tinggalnya tidak bisa dibayangkan. Dia dibawa ke sebuah penjara bawah tanah yang gelap, di dekat gunung batu belerang. Baunya saja sudah tidak tertahankan, dan karena tidak memiliki jendela membuat tempat itu lebih panas dari tempat lainnya. Tempat itu tidak terletak dalam sebuah bangunan, tetapi berada di perut bumi yang terdalam. Tidak diragukan lagi bahwa tempat ini merupakan tempat penyiksaan yang paling mengerikan. Disinilah Double Life akan menderita sendirian. Area tersebut cukup besar untuk memisahkan mereka yang juga mendapatkan hukuman serupa. Mereka tidak dapat mendengar suara siapa pun, kecuali suara mereka sendiri.
Setelah para terhukum dimasukkan dalam penjara, Kepala Penjaga beserta para penjaga berjalan keluar dari tempat itu. Pada saat pintu besi di belakangnya tertutup, tidak ada seberkas sinar pun dapat ditemui di dalam bangunan tersebut. Jiwa-jiwa yang malang ini akan menghabiskan lebih dari seratus dua puluh sembilan tahun di kegelapan yang terdalam tersebut dan dalam kesunyian. Harapan mereka satu-satunya untuk dapat melihat terang hanyalah sekali dalam setahun, pada saat sebuah rombongan baru dari orang-orang tahanan di bawa masuk. Bahkan tidak semua orang bisa melihat terang ini, hanya mereka yang berada di dekat pintu besar saja yang dapat melihatnya. Sedangkan yang lainnya, seperti Double Life, tidak akan pernah melihat terang lagi. Bagi dia, kegelapan dari gelap itu merupakan hukumannya.