Hari terakhir dari masa ujian telah tiba. Mereka yang akan dihakimi mengetahui bahwa hari itu dapat terjadi kapan saja dalam waktu lima tahun ke depan karena masa lima tahun pertama telah berlalu. Tidak ada seorangpun yang membayangkan bahwa hari tersebut tiba begitu cepat. Hari itu dimulai sama seperti hari lainnya, tetapi diakhiri dengan cara yang berbeda. Pada tengah malam, Penjaga Kerajaan Affabel menjemput dua ribu lulusan. Penjemputan besar-besaran ini terjadi ketika Endelites lainnya tertidur.
Kedua ribu warga muda ini dibimbing ke sebuah lorong rahasia. Lorong itu berupa sebuah terowongan panjang yang membawa mereka masuk ke bagian bawah Sungai Adonga. Setelah mereka melewati terowongan tersebut, mereka melanjutkan perjalanan selama dua hari melewati padang gurun yang tandus. Selama perjalanan itu, Pemimpin Penjaga menyediakan setiap kebutuhan mereka mulai dari makanan, air, dan berbagai macam kebutuhan. Para Penjaga itu sangat baik, tetapi pendiam. Mereka semua berfokus pada pekerjaan mereka. Meskipun mereka akan menjawab beberapa pertanyaan, para Endelites tersebut bersikap seakan-akan semua pertanyaan yang diajukan tidak diperbolehkan untuk dijawab. Jawaban standar terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah, “Semuanya akan diketahui tidak lama lagi.” Hal ini hanya semakin menambah rasa penasaran para lulusan. Mereka hampir tidak memperhatikan ketidaknyamanan tanah buangan saat mereka singgah di sana dalam perjalanan panjang mereka menuju kota besar yang ditunggu-tunggu. Saat fajar hari ketiga muncul, mereka mencapai puncak sebuah bukit, dan disana, terbentuk bayangan oleh matahari pagi, kota yang mulia itu berdiri. Affabel bahkan jauh lebih indah dibandingkan dengan apa yang pernah mereka bayangkan.
Saat mereka mendekati kota tersebut, penyingkapan dari keindahan kota tersebut semakin bertambah dan meluas. Bahkan dari jarak mereka yang masih berada di tanah dataran, kota tersebut ternyata merupakan sebuah kota yang tiada bandingannya. Endel hanyalah suatu kota kecil dibandingkan dengan bagian luar dari kota ini. Saat mereka memasuki bagian pusat kota, mereka menemukan bahwa segala sesuatu di kota Affabel hidup dengan penuh semangat. Kota itu merupakan suatu kota yang menakjubkan sehingga burung-burung disana pun tidak hanya menyanyi, tetapi juga memiliki karunia bahasa. Lagu dan melodi yang dinyanyikan burung-burung itu mengartikan keindahan yang mereka nikmati dan mereka layani untuk memuji kemuliaan kota itu. Hal ini tidak mengejutkan para Endelites, yang telah mendengar kuda-kuda milik Kepala Penjaga dapat berbicara. Binatang-binatang ini tidak hanya berbicara dengan sesamanya, tetapi mereka juga berkomunikasi dengan para penunggang mereka. Sangat jelas bahwa ada semacam hubungan kasih sayang antara kuda dengan penunggangnya. Sekarang tampak nyata bahwa semua ciptaan yang ada di Affabel memiliki karunia berbicara dan kapasitas untuk mengasihi dan bersukacita.
Pada setiap arah dimana para Endelites tersebut menengok, mereka akan melihat suatu pemandangan yang membuat nafas mereka tertahan. Mereka terpesona dengan keindahan Affabel. Udara di Affabel pun sangat menyegarkan. Udara tersebut menyebabkan pikiran menjadi jernih dan membawa kekuatan bagi tubuh lemah mereka yang telah berjalan lama. Air yang mengalir di sepanjang kota itu sangat mengesankan mereka. Bagaimana pun juga, air itu kelihatan lebih dari air yang sesungguhnya, seakan-akan air itu dipenuhi dengan kilau kehidupan. Serangkaian musik yang mempesona menembus atmosfer dan menenangkan jiwa mereka yang bergejolak dengan suatu perasaan damai yang kekal. Segala sesuatu, mulai dari tumbuh-tumbuhan terkecil hingga udara yang luar biasa tampak lebih dari hidup –mereka memiliki kemampuan untuk memberikan kehidupan. Setiap elemen penuh sampai berkelimpahan di tanah yang menakjubkan ini.
Para warga muda ini tidak dapat menahan diri untuk tidak mengulurkan tangan mereka dan menyentuh segala sesuatu yang ada dalam jangkauan mereka ketika mereka berjalan melalui tempat terbuka di kota megah ini. Mereka ingin berlari bebas dan menjelajahi semuanya, tetapi mereka mengetahui bahwa hal itu tidak akan diizinkan untuk saat ini. Mereka dibimbing menuju sebuah ruangan sejenis aula yang sangat besar. Di sini laki-laki dan perempuan dipisahkan; mereka diizinkan untuk membersihkan diri mereka di kolam yang wangi atau mandi di pancuran dan diberi jubah untuk persiapan mereka menemui raja. Dengan perasaan gembira, mereka melepaskan pakaian lusuh yang mereka pakai dari Endel. Pakaian lama mereka terlihat aneh dan tidak biasa di tempat seperti ini.
Sebuah gairah yang mendalam untuk tinggal di tempat ini terselip ke dalam setiap tubuh Endelites. Mereka memiliki sebuah perasaan yang teraneh tentang suatu kepulangan. Setelah mandi dan berpakaian, mereka berkumpul kembali dalam kelompok untuk menikmati makan pagi bersama. Makan pagi ini di sediakan di sebuah kebun yang luar biasa, di mana mereka diperbolehkan untuk menikmati sarapan dan berkumpul bersama sesaat.
Bangunan yang mereka tuju sangat besar. Sepertinya bangunan itu tidak memiliki batas kapasitas. Paling tidak bangunan bertembok pualam itu mampu menampung seratus ribu orang. Setelah makan, kelompok itu dibagi lagi, kali ini berdasarkan nama mereka. Charity, Selfish, dan kurang lebih lima ratus orang lainnya dibawa ke sebuah ruangan yang berdampingan di sebelah kanan. Faint Heart, Deceived dan Independent beserta seribu lima ratus orang lainnya dibawa ke ruangan lain yang berada di sebelah kiri. Ketika mereka memasuki ruangan itu, mereka melihat setiap dari mereka memiliki sebuah nama di ambang pintu. Nama itu sangat aneh dan di tulis dalam sebuah bahasa yang tidak dikenal oleh para Endelites muda ini. Nama satu ruangan itu adalah “Aula Kehidupan” dan yang lainnya adalah “Aula Keadilan”.
Saat Independent melewati pintu tersebut, dia merasakan dirinya sangat tidak tenang, hampir mencapai titik perasaan takut. Dia mengingat kembali kenangan akan sekolahnya dan mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri dengan sedikit hal yang telah didengarnya tentang Jalyn. Sekarang semua kelihatan membingungkan dirinya. Dia menemukan dirinya menyesali kenyataan bahwa dia telah melewatkan banyak pelajaran. Tampak jelas bahwa dia salah, karena ternyata kota dan raja itu ada. Dia mencoba menahan rasa takutnya yang memuncak dan berfokus pada apa yang diingatnya dari sifat mengasihi dan belas kasihan Jalyn. Saat itu dia tidak memikirkan tentang keadilan dan kekudusan Jalyn, meskipun keduanya sekarang ini menyita perhatiannya. Dia berusaha meyakinkan dirinya bahwa dia telah menjadi warga yang baik dan mendukung pelayanan komunitas.
Dengan mengambil nafas panjang, Independent mulai melihat ke sekelilingnya untuk melihat siapa saja yang termasuk kelompoknya. Dia melihat bahwa dirinya berada di antara para warga terburuk di Endel. Dia mengenali para pencuri, penipu dan pemabuk. Ada juga mereka yang tidak pernah bekerja dan mereka yang bekerja demi keuntungan mereka sendiri. Ketakutannya memuncak, dan ketika kepanikan meliputi dirinya, dia melihat Faint Heart. Dia menutup matanya dan merasa lega. Dia ingat bahwa Faint Heart merupakan salah satu pengikut Jalyn yang paling berterus terang dan antusias di dalam kelasnya. Bukankah dia juga mendengar bahwa Faint Heart bekerja di sekolah? Jika dia berada di aula ini bersama dengannya, maka kelihatannya semua akan baik-baik saja.
Saat dia melihat ke arah Faint Heart, dia juga melihat Deceived. Tanda baik lainnya! Meskipun dia telah lepas kontak dengan Faint Heart, Independent mengetahui bahwa Deceived adalah seorang percaya yang kuat. Mereka bahkan biasa berdebat mengenai Jalyn. Perasaan hatinya benar-benar berubah saat dia bertemu dengan teman lamanya. Deceived adalah orang ramai dan memiliki sikap positif. Mereka berdua berbincang dan rasa takut mereka hilang. Belas kasihan Jalyn pasti lebih lebar dari yang telah mereka ketahui. Lihatlah betapa bebasnya dia telah mengampuni orang-orang yang Independent pikir tidak akan bisa diampuni. Bagaimana ini semua bisa terjadi? Bukankah guru Double Life berada tidak jauh dari mereka? Sekarang Independent merasa yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Tetapi, dia masih merasa terganggu dengan ketidakhadiran Charity dan Selfish. Hal lainnya yang sulit untuk diabaikan olehnya adalah beberapa orang dari mereka yang menangis dan berteriak di sudut ruangan. Mungkin mereka hanya tersentuh dengan kebaikan Jalyn.
Aula lainnya juga dipenuhi dengan emosi. Teman-teman yang telah putus hubungan setelah kelulusan dipenuhi dengan kegembiraan karena bertemu kembali. Ada suatu sukacita yang dengan cepat mendominasi percakapan mereka: tidak lama lagi mereka akan bertemu dengan Jalyn. Saat mereka telah tiba untuk memasuki tujuan dan tempat yang telah dijanjikan. Mereka telah mengetahui bahwa tempat ini jauh lebih baik daripada Endel, tetapi perasaan yang mereka rasakan sekarang jauh melebihi kemampuan mereka untuk mengerti. Itu lebih dari yang bisa mereka pahami.
Benarkah mereka akan menghabiskan sisa hidup mereka di tempat yang mulia seperti ini? Bahkan untuk membersihkan lantainya saja sudah merupakan suatu kehormatan bagi mereka! Semua yang menunggu di aula ini mengetahui bahwa mereka telah telah mengikuti Jalyn tetapi masih betanya-tanya bagaimana mereka akan menghadapi pengadilannya. Saat waktu berlalu, suasana khidmat memenuhi ruangan itu. Apakah mereka telah berlaku setia? Waktulah yang akan menjawabnya dengan segera. Ya, sukacita terangkai dengan ketakutan saat para hamba yang rendah hati ini menunggu untuk bertemu dengan raja mereka.