Perceraian Secara Permanen Merusak Anak-Anak

Anak-anak bergumul dengan pelajaran matematika dan bermasalah dalam mencari teman ketika orangtua mereka bercerai, studi terbaru menemukan.

Mereka seringkali tertinggal dari teman-teman sekelasnya yang orangtuanya tetap bersama dalam ikatan pernikahan, menderita kecemasan, kesepian dan perasaan kesedihan – dan tidak pernah bisa mengejar secara akademis.

Sebuah studi di Amerika menemukan sebelum orangtua benar-benar memutuskan untuk berpisah, anak-anak tidak menunjukkan efek negatif. Namun begitu proses perceraian dimulai, anak-anak mengalami berbagai masalah yang berkelanjutan, sebagaimana dikatakan di dalam laporan American Sociological Review.

Studi selama lima tahun membandingkan perkembangan emosional dan akademis dari anak-anak yang orangtuanya bercerai dengan anak-anak yang orangtuanya tetap terikat di dalam pernikahan, dengan mengamati 3.585 anak-anak dari usia empat tahun.

“Anak-anak yang mengalami perceraian orangtua mengalami kemunduran pada nilai tes matematika dan memiliki masalah dengan ketrampilan interpersonal serta perilaku internalisasi,” ujar pemimpin riset Hyun Sik Kim, dari University of Wisconsin-Madison.

“Mereka lebih rentan terhadap perasaan gelisah, kesepian, harga diri yang rendah dan kesedihan.”

Kondisi ini menjadi stabil setelah perceraian, namun anak-anak tetap tertinggal dari rekan-rekannya yang memiliki keluarga utuh.

“Prediksi pribadi saya adalah anak-anak dari perceraian akan mengalami dampak negatif bahkan sebelum proses perceraian formal dimulai. Namun studi menemukan bahwa hal ini tidak terjadi.”

Kemungkinan penyebab kemunduran perkembangan anak-anak terjadi karena anak-anak mengalami stres akibat melihat orangtua mereka saling menyalahkan saat bercerai dan berdebat soal hak asuh.

Kondisi kehidupan yang tidak stabil dimana anak-anak harus memilih di antara orangtua juga dapat mengganggu kehidupan sosial anak-anak.

Masalah lain termasuk kesulitan ekonomi akibat penurunan tiba-tiba pada pendapatan keluarga atau orangtua yang menderita depresi sebagai akibat dari perceraian.

Studi ini menambah kekayaan data yang menunjukkan bahwa anak-anak sangat menderita akibat perceraian orangtua.

Ilmuwan Inggris menunjukkan anak-anak dari keluarga berantakan beresiko lima kali lebih besar untuk menderita masalah mental yang rusak daripada mereka yang orangtuanya tetap bersama.

Sebagai dua orang dewasa yang telah megikat diri ke dalam suatu pernikahan, sangat penting bagi kita untuk mempertanggungjawabkan keputusan yang telah kita ambil baik di hadapan Tuhan maupun terhadap anak-anak kita. Karena keputusan untuk bercerai selain menunjukkan ketidakdewasaan dan keegoisan kita sebagai manusia, dampak yang merusak akan benar-benar terjadi secara permanen terhadap anak-anak kita.
Source : dailymail
←   →

VISIT NOW

111

Visitor

Flag Counter
 

Copyright © 2009 by Cerita Langit