Mungkin ada saat dimana anda lupa saat istri anda meminta
untuk membeli bahan makanan dalam perjalanan pulang dari kantor dan tiba di
rumah dengan tangan kosong. Jangan kuatir. Anda harus bergegas kembali ke
supermarket dan segalanya akan dilupakan.
Mungkin anda mengomeli suami anda mengenai hal-hal yang
tidak penting, lupa bahwa sebelumnya dia telah memberitahu anda ada meeting
mendadak di kantor. Atau mungkin anda lupa hari jadi pernikahan atau hari ini
adalah giliran anda untuk menjembut anak-anak dari latihan sepak bolanya.
Kesalahan pun terjadi.
Kesalahan-kesalahan ini dapat diobati dengan segera karena
hanya menyebabkan sedikit kerusakan permanen. Akan tetapi ada
kesalahan-kesalahan lain yang terus-menerus timbul dan dapat menyebabkan
pernikahan anda mudah untuk diserang. Hubungan anda menjadi seperti kain yang
ditinggalkan di luar dalam segala cuaca, mudah untuk dicabik-cabik di bawah
tekanan. Kesalahan-kesalahan inilah yang harus berusaha untuk kita hindari.
Saat ini kita akan membahas beberapa kesalahan fatal yang
harus kita perhatikan dan hindari jika anda menginginkan hubungan yang sehat.
Stephanie dan Tim telah menikah selama 12 tahun dan memiliki
3 orang anak yang cantik-cantik. Dari segala segi mereka termasuk
"keluarga impian Amerika". Mereka dapat bertahan dari goncangan di
tahun awal pernikahan, membuatnya menjadi baik di awal-awal pertumbuhan
anak-anak dan juga memiliki rumah yang indah dengan beberapa hektar tanah
dimana mereka sekeluarga dapat berkuda dengan nyaman. Akan tetapi mereka memiliki
satu masalah yang penting: saat mereka bertengkar, mereka benar-benar
bertengkar.
Stephanie dan Tim frustrasi dengan masalah ini. Mereka
saling mencintai dan benar-benar berkomitmen satu sama lain. Mereka anggota
yang aktif di gerejanya. Bagaimanapun juga, dalam konseling, mereka mengakuinya
sebagai hal yang memalukan. Saat mereka bertengkar mereka menggunakan bahasa
yang tidak pantas satu sama lain, membanting pintu dan saling mengancam satu
sama lain. Stephanie melempar piring dan Tim merusak pintu. Bahkan mereka
pernah saling mendorong dalam satu kesempatan. Meskipun mereka telah berulang
kali berjanji untuk menghentikan kebiasaan ini, dengan malu-malu mereka
mengakui, "Kemarahan benar-benar menguasai kami. Saat kami marah, kami
pasti akan melakukan sesuatu."
"Saya sungguh malu dengan kelakuan ini," kata Tim.
"Saya tidak pernah bersikap seperti itu kepada siapapun juga seperti sikap
saya kepada istri saya. Saya tidak pernah kehilangan kontrol, bahkan dengan
anak saya, meskipun mereka mendesak saya sampai batasnya. Tapi dengan
Stephanie, saya ingin menyampaikan inti maksud saya tapi saya merasa dia tidak
pernah mendengarkan. Saya tahu kedengarannya bodoh, tapi saya hanya berteriak
lebih keras. Dia balik berteriak dan saya berteriak lebih keras."
"Bukan hanya dia," Stephanie berkata. "Saya
bertingkah seperti orang gila. Saya tidak tahu apa yang membuat saya lepas
kendali. Saya tidak mau mengalah. Jadi, jika saya pikir apa yang dia katakan
itu omong kosong, saya langsung mengatakan kepadanya. Tentu saya dia tidak suka
dan terjadilah pertengkaran itu."
Bahasa Stephanie dan Tim mungkin adalah bahasa anda juga.
Mungkin anda menemukan bahwa anda memulai dengan tenang dan mendidih dalam
sepuluh detik. Anda mungkin bertengkar dengan cara yang sangat merusak. Seperti
petugas konstruksi yang menekan detonator, menyebarkan puing-puing ke segala arah.
Anda mungkin menekan alat pengisap dalam marah anda, menyebarkan emosi dan
kata-kata ke segala arah. Jika hal ini menggambarkan anda dan pasangan anda,
anda harus belajar beberapa keahlian yang sangat penting untuk menghindari
kesalahan fatal ini.
Pertama, anda dan pasangan anda harus mengantisipasi ledakan
ini dan belajar melihat bagaimana mereka muncul. Ada pepatah yang mengatakan:
"Jika dapat diramalkan, maka dapat dicegah." Kita harus belajar untuk
mengantisipasi topik yang sensitif itu, atau melihat peningkatan pola yang
menyebabkan permasalahan ini. Kita harus memotong pola yang merusak itu.
Penelitian menunjukkan bila kita melakukan sesuatu hampir tidak membedakan
apa-apa dibandingkan cara kita dalam menanggapinya, menolong kita untuk memulai
sesuatu yang baru, dengan pola yang lebih membangun.
Kedua, setuju untuk berhenti saat emosi mulai meninggi.
Kitab Suci dengan jelas membicarakan masalah yang dibarengi dengan amarah.
"Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini:
setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata,
dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran
di hadapan Allah." (Yakobus 1 : 19-20)
Rasul Yakobus telah menunjukkannya dengan jelas - dua
telinga untuk mendengar, satu mulut untuk berbicara dengan hati-hati. Kita
harus benar-benar belajar untuk mendengarkan, tidak memaksakan keinginan kita.
Saat kita menjadi defensif, tandanya untuk berhenti. Saat emosi mulai meninggi,
yang biasanya selalu terjadi, hentikan dulu dan mulai lagi saat kedua pihak
merasa tenang.
Ketiga, setuju untuk tidak setuju. Anda tidak harus
menyetujui segala hal. Bukanlah suatu masalah untuk melihat beberapa hal secara
berbeda. Dalam kenyataannya, ada orang yang beranggapan jika anda selalu setuju
dalam segala hal, maka anda tidak akan dianggap lagi oleh pasangan anda.
Sebelum beranjak lebih jauh, anda dan pasangan anda adalah pribadi yang
berbeda. Anda dibesarkan secara berbeda, berbeda dalam keahlian, pendidikan,
temperamen dan seks. Nyatanya, perbedaan merupakan hal yang luar biasa yang
membuat siapapun bisa hidup bersama. Tapi, kita bisa, dan melakukannya, karena
perbedaan itu begitu luar biasa. Bagaimanapun juga berhati-hatilah untuk
menuntut pasangan anda melihat sesuatu dengan cara yang sama seperti anda. Hal
itu tidak akan terjadi.
Rasul Yakobus memberikan ayat yang lain kepada kita.
"Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di
antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam
tubuhmu?" (Yakobus 4 : 1)
Mementingkan diri sendiri dan harga diri biasanya
menghalangi jalan untuk memberi kepada pasangan anda. Sedangkan sifat saling
mengalah adalah sifat yang harus dilakukan dalam pernikahan yang sehat.
Keempat, tetap fokus pada inti masalah. Artinya, tentu saja,
anda harus mengedepankan pokok permasalahan. Satu masalah di satu waktu.
Mungkin saja ada godaan untuk berpindah jalur ke lain topik, tapi itu hanya
mengaburkan inti masalah yang sebenarnya. Ambil satu topik dan tetap tinggal di
sana. Ini dapat membantu anda seperti kertas dan pensil yang mengingatkan diri
anda dimana anda mulai, sebaik mengakhiri hasratnya.
Akhirnya, temukan solusi yang bekerja bagi anda berdua.
Ingatlah, daripada menggunakan spiral ke bawah di mana satu orang
"menang" dan yang lain "kalah", bagaimana jika memakai
spiral ke atas dimana anda berdua merasa mencapai hasil yang positif? Hal ini
memerlukan diskusi yang kreatif untuk mempertemukan kebutuhan anda berdua.
Kemenangan satu pihak adalah kepalsuan. Penyelesaian negosiasi yang dapat
bekerja pada anda berdua adalah pengalaman luar biasa yang dapat membawa anda
semakin dekat bersama.
Mulailah dengan mengeliminasi kesalahan fatal ini dari
pernikahan anda dan gantikan dengan win-win solution.