Dikutip dari VOA News, Jumat (15/7), pendiri dan Direktur Program Harbor School Murray Fisher mendapatkan ide untuk mendirikan sekolah ini ketika dia bekerja di lembaga kelompok lingkungan hidup, Hudson Riverkeeper. “Saya terinspirasi model di mana masyarakat memiliki kendali dan merawat ekosistem laut lokalnya,” kata Fisher. Dia melihat kesempatan untuk membuat kurikulum sekolah mengenai proyek pemulihan ekologi, yang menghubungkan remaja New York dengan sumber utama kota, New York Harbor.
Meski bangunannya terlihat tradisional, kurikulum dan filosofi Harbor School modern dan revolusioner. Di sekolah ini, siswanya ‘terikat’ dengan New York Harbor. Selain belajar di kelas, mereka juga terjun langsung ke alam. Sekolah ini dihuni 400 siswa yang kebanyakan berasal dari keturunan Afrika Amerika dan Hispanik dengan kondisi ekonomi lemah. Jika lulus, siswa sekolah ini mendapat berbagai keuntungan. Selain menyelesaikan program persiapan perguruan tinggi, siswa juga mendapatkan satu sertifikat keahlian dari enam bidang kejuruan maritim.
Baru-baru ini, kegiatan belajar satu kelas dilakukan di atas kapal. Mereka belajar selama satu hari sambil berlayar. Para siswa belajar ilmu navigasi, mengemudikan kapal, dan belajar dasar-dasar berlayar. Selain itu, mereka juga belajar ekologi. Mereka mengambil sampel air dan kemudian diuji tingkat oksigen dan polutannya. Mereka juga belajar spesies hewan laut yang ada di New York Harbor.
Proyek terbesar sekolah ini adalah menargetkan pertumbuhan 1 miliar tiram di New York Harbor selama 20 tahun. Proyek ini dilakukan bersama dengan 16 organisasi lainnya. Tiram sebanyak ini akan menyaring air di New York Harbor setiap hari. Ini bermanfaat untuk kesehatan jalur air yang banyak digunakan warga New York. Selain itu, proyek ini juga menawarkan model baru agar siswa merasa bermakna untuk lingkungannya.
Siswa memahami bahwa pekerjaan mereka memberikan kontribusi nyata bagi lingkungan. Salah satu inovasi institusi pendidikan yang tepat untuk dilakukan di negara yang besar lingkunagnnya seperti Indonesia.
Source : VOA - dpt
