Wisata alam hampir membawanya ke alam kubur. Saat itu Yossi Ghinsberg bersama tiga orang rekannya pergi ke pedalaman Amazon di sisi negara Bolivia pada tahun 1981.Mereka ingin menjelajahi hutan itu menuju hulu sungai Tuichi yang dikabarkan di sana ada perkampungan Indian yang kaya akan emas. Namun sebelum mencapai tempat yang dituju, mereka kelelahan. Mereka pun memutuskan kembali ke titik awal penjelajahan. Namun karena ingin cepat sampai mereka meminta warga desa di sana membuatkan rakit dari kayu-kayu gelondongan.
Akhirnya mereka pun kembali mengikuti arus sungai di atas rakit. Namun rupanya arus begitu kuat sampai-sampai dua rekannya tak berani melanjutkan perjalanan dan memutuskan kembali ke perkampungan menunggu pertolongan. Sedangkan Yossi dan rekannya, Kevin, melanjutkan perjalanan menggunakan rakit.
Sayangnya, kemudian mereka pun berpisah. Rakit yang mereka tumpangi membentur batu besar dan pecah. Kevin terlempar ke air dan segera menepi sedangkan Yossi masih berada di sisa-sisa rakit yang hanya berupa kayu gelondongan. Setelah itu ia menyaksikan Yossi terbawa arus menuju air terjun dan akhirnya jatuh ke bawah.
Beberapa saat kemudian Yossi menemukan dirinya terdampar di bantaran sungai penuh kerikil, babak belur, dan sesak napas. Selama 20 hari berikutnya ia terdampar di sana dengan memakan apa saja yang ditemuinya. Tentu saja berada di pedalama buas hutan Amazon bukan kehidupan yang nyaman. Ketika bangun tubuhnya dipenuhi lintah. Siang hari ia berusaha mencari tempat tinggi dan lapang untuk memberi tanda pada pesawat yang lewat, namun sulit dilakukan. Ia bahkan berkali-kali terjerumus ke pasir hisap hingga tenggelam sampai sedada. Untungnya bisa keluar.
Beberapa hari kemudian ia tak bisa jalan karena kakinya terluka. Tak ada lagi harapan untuk hidup. Sampai suatu saat ia mendengar dengungan yang dikiranya serangga besar yang akan menggigitnya. Ternyata itu suara motor boat yang dikendalikan Kevin dan seorang penolong sambil meneriakkan nama Yossi. Akhirnya ia tertolong setelah terdampar selama tiga minggu.
Pasca kejadian itu Yossi benar-benar menghargai sisa hidupnya dengan kegiatan membantu banyak orang (antara lain mengelola kegiatan untuk mengatasi anak-anak dari ketergantungan obat-obatan terlarang), mendirikan yayasan pelestarian lingkungan hidup, mengelola bisnis sendiri, dan jadi pembicara seminar. Kata-katanya banyak didengar karena ia dianggap telah lulus dari ujian terberat yang hampir membawanya ke kematian. Salah satu ungkapannya yang terkenal adalah, "Ketakutan dan kematian adalah teman saya. Ketakutan tak menunjukkan jalan ke mana-mana. Saya memilih satu jalan. Kematian duduk di pundak saya dan membisikkan ‘Besok kamu milik saya'. Saya hidup di hari ini." Karena itu ia memanfaatkan hidup "hari ini" dengan sebaik-baiknya.
(Aw)